Tim DVI: Setiap Potongan Tubuh Korban Hercules Dites DNA

Rosmiyati Dewi Kandi | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jul 2015 11:41 WIB
Wawancara wartawan CNN Indonesia dengan Ketua Tim DVI Polda Sumut Kombes Setyo Purwanto di RSUP Adam Malik soal tak mudahnya identifikasi korban.
Ketua Tim DVI Polda Sumatera Utara Komisaris Besar Setyo Purwanto. (CNN Indonesia/Rosmiyati Dewi Kandi)
Medan, CNN Indonesia -- Tragedi jatuhnya pesawat Hercules bernomor A-1310 di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Kota Medan, Sumatera Utara, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban. Sebanyak 142 kantong jenazah sudah diterima Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik hingga Kamis (2/7), 96 jenazah di antaranya telah diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI), yang 92 di antaranya sudah diserahkan kepada keluarga korban.

Identifikasi jenazah merupakan salah satu aktivitas utama setelah terjadi kecelakaan. Kondisi korban meninggal yang mayoritas menderita luka bakar itu membuat proses identifikasi membutuhkan waktu lebih lama. Ditambah lagi, tidak semua bagian tubuh korban masih utuh, sebagian anggota tubuh terlepas dari badan.

Bagaimana proses identifikasi dilakukan Tim DVI di RSUP Adam Malik? Kendala apa saja yang dihadapi tim dokter secara teknis maupun nonteknis? Berikut wawancara wartawan CNN Indonesia Rosmiyati Dewi Kandi dengan Ketua Tim DVI Polda Sumatera Utara Komisaris Besar Setyo Purwanto di RSUP Adam Malik, Kamis sore (2/7):

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana proses identifikasi korban pesawat hercules dilakukan Tim DVI?

Identifikasi kami menggunakan standar internasional  yang ditetapkan International Police (Interpol). Ada lima tahap dalam standar ini yaitu menangani olah tempat kejadian perkara (TKP), ante mortem, post mortem di kamar jenazah, sidang rekonsiliasi, dan briefing. Prosedur DVI kami seperti itu.

Hingga sore hari Kamis, 2 Juli, sudah 96 korban diidentifikasi, bagaimana dengan potongan tubuh yang sudah dievakuasi?

Kami akan lakukan tes DNA (deoxyribonucleic acid) untuk setiap potongan tubuh yang kami temukan. Karena tidak bisa dipastikan siapa pemilik potongan tubuh itu tanpa tes DNA.

Adakah kendala secara teknis maupun nonteknis ditemui selama proses identifikasi?

Kendala teknis dan substansi dari Tim DVI tidak ada karena prosedur identifikasi itu sudah baku. Jadi apapun kejadiannya, bencana alam maupun kecelakaan seperti ini prosedur DVI akan tetap seperti ini. Tetapi kami memang mengalami persoalan nonteknis karena masyarakat belum teredukasi terhadap prosedur DVI. Sehingga kami bekerja jadi terganggu. Padahal kami ingin prosedur ini berjalan, mencocokan sidik jari, gigi, data properti, pakaian, dan tanda-tanda di badan. Tetapi keluarganya cuma karena lihat baju sama, dia bilang itu keluarganya. Padahal tidak selalu begitu.

Ada penuturan keluarga yang sudah mengenali korban tetapi belum bisa dibawa pulang. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?

Seperti yang tadi saya jelaskan, karena menurut keluarganya ‘Itu keluarga saya.’ Ada kejadian mereka ngotot seperti itu hanya karena merasa mengenali baju. Setelah dicek dari ante mortem dan identifikasi data lainnya, ternyata bukan keluarganya. Jadi pihak keluarga harus sabar, kami ingin memastikan identifikasi yang dilakukan sesuai dengan fakta bahwa kantong jenazah ini memang berisi jasad yang benar.

Peralatan apa saja yang digunakan Tim DVI untuk mengidentifikasi?

Kami ada alat Mambis (Mobile Automatic Multi Biometric Identification System) untuk mendapatkan data sidik jari secara online; dental X-ray untuk menunjukan struktur gigi; serta alat standar autopsi. Peralatan itu didapat dari Mabes Polri, kecuali alat standar autopsi yang merupakan milik RSUP Adam Malik.

Berapa jumlah peti pendingin untuk jenazah yang belum ditangani Tim DVI?

Ada dua unit peti pendingin dengan kapasitas 60-70 jenazah. Satu unit peti didapat dari Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho dan satu peti lainnya dikirim dari Mabes Polri. Kami menggunakan metode pengawetan jasad dengan pendingin.

Berapa jumlah Tim DVI yang diterjunkan dalam proses ini?

Lebih dari 100 orang dokter dan tim medis untuk menjalani tahap ante mortem dan post mortem yang didatangkan dari Mabes Polri, Bidang Kedokteran Kesehatan Polda Sumut, RSUP Adam Malik, RS Pirngadi Medan, Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara, dan Fakultas Kesehatan Universitas Prima Indonesia.

Apa catatan penting dalam proses identifikasi korban pesawat hercules yang jatuh ini?

Kami ingin memberi pemahaman bahwa jasad korban kecelakaan dengan luka bakar itu sangat rapuh sehingga harus diperlakukan dengan hati-hati. Kalau main buka sembarangan, akan bisa terburai. (obs)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER