Jakarta, CNN Indonesia -- Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menyebut ibu kota kekurangan pekerja diamini pengamat perkotaan Yayat Supriyatna. Menurut Yayat, Jakarta memang sudah banyak dipenuhi pencari kerja dan bahkan kelebihan pekerja, namun tetap kekurangan pekerja berketerampilan khusus.
Kelebihan tenaga kerja terjadi pada sektor-sektor formal dan informal. "Sektor yang tidak memerlukan keterampilan khusus justru kelebihan. Tetapi keterampilan khusus misalnya calon sopir TransJakarta yang profesional, pekerja kesehatan, ahli-ahli di bidang tertentu masih diperlukan," kata Yayat saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (14/7).
Yayat mengatakan, para pemudik yang datang ke Jakarta membawa serta anggota keluarganya harus bisa memenuhi kualitifikasi tenaga kerja dengan keterampilan khusus tersebut jika ingin mendapat hidup layak di ibu kota. Hal ini perlu agar masuknya pendatang dari luar Jakarta tidak membawa persoalan dan beban baru bagi dimensi sosial, ekonomi dan kependudukan di ibu kota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lebih dari 500 ribu pencari kerja hanya bisa ditampung oleh sektor formal sebesar 20 persen hingga 25 persen. Sisanya 70 persen hingga 80 persen akan masuk dan bekerja di sektor informal. Tetapi sekarang sektor informal mana yang masih dibuka ruangnya?" ujar Yayat.
Perekonomian Melambat
Kondisi tersebut, lanjut Yayat, masih ditambah dengan situasi perekonomian Indonesia yang sedang melambat. Hal ini dipastikan bakal berdampak terhadap jumlah pendatang saat arus mudik lebaran tahun ini ke Jakarta.
"Angka 50 ribu sampai 70 ribu menjadi kisaran yang masuk akal bagi pendatang yang akan mendatangi Jakarta. Tetapi tidak tahu dengan kondisi ekonomi kita yang sedang lesu ini. Kemungkinan bertambah mungkin bisa terjadi," ujar Yayat.
Kondisi ekonomi yang sedang mengalami perlambatan seperti ini dinilainya akan membuat pendatang di daerah akan mencari pekerjaan di Jakarta. Karena bagi kebanyakan pendatang, lebih mudah mencari pekerjaan di Jakarta daripada di daerah.
Walaupun begitu, menurut Yayat, dalam beberapa tahun terakhir terutama periode 2010-2014, terdapat kecenderungan penurunan jumlah pendatang ke Jakarta lantaran tidak semua orang menjadikan ibu kota sebagai tujuan utama.
"Mereka akan mencari kota-kota di luar Jakarta. Jadi sebetulnya mereka lebih akan transit untuk membandingkan. Apalagi dibandingkan mengenai upah minimum provinsi (UMP), Jakarta dan sekitranya relatif sama bahkan Bekasi lebih tinggi. Sehingga mereka lebih memilih tinggal di kota-kota sekitar," kata Yayat.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebelumnya meminta warga ibu kota yang mudik membawa serta keluarga saat kembali nanti. Ahok bahkan berharap keluarga yang diboyong nanti jumlahnya banyak.
"Saya pesan kepada para pemudik, bawa saja yang banyak (keluarga) ke Jakarta tidak apa-apa," kata Ahok saat melepas ribuan pemudik peserta mudik gratis di kawasan Senayan, Selasa (14/7).
Namun syaratnya, keluarga yang dibawa ke Jakarta sudah punya pekerjaan tetap atau punya cukup bekal uang. Imbauan ini diberikan Ahok karena Jakarta saat ini kekurangan pekerja.
(rdk)