Memasuki lintasan bebas hambatan itu, tambalan aspal tidak lagi terlihat. Dengan kecepatan rata-rata 90 kilometer per jam, permukaan beton hanya sedikit mengakibatkan goncangan.
Awalnya tidak ada kendala. Namun pada sekitar Kilometer 80, memasuki kawasan Subang, mulai tidak ada lampu yang menerangi jalanan. Tim CNN Indonesia sempat mengalami kendala melalui wilayah ini. Dikelilingi kawasan hutan tanpa penerangan jalan, pengendara praktis hanya bergantung kepada lampu sorot depan mobil.
Karena itu pula, pengendara banyak menggunakan lampu sorot jauh di wilayah ini. Sementara itu, jalur tol tidak memunyai dinding pemisah sehingga lampu jauh dari seberang jalan seringkali menyorot langsung ke mata dan menyilaukan pengemudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiadaan pembatas jalan juga bisa berbahaya karena ketika terjadi kecelakaan, mobil bisa menyeberang ke jalur yang berlawanan, mengakibatkan benturan fatal kepala dan kepala.Selain tidak ada pembatas tengah jalan yang memisahkan arus berlawanan, pembatas sisi jalan pun masih 'ompong'.
Pagar-pagar pembatas jalan, lengkap dengan reflektor, memang sudah terpasang di sepanjang jalur. Namun pada beberapa wilayah, kerap terpantau ada beberapa titik yang tidak terhalangi pagar.
Dalam keadaan gelap, pagar dengan reflektor diperlukan pengemudi untuk bisa memperkirakan posisinya relatif dengan tepian jalan. Fasilitas pembatas jalan dan penerangan baru lengkap di wilayah-wilayah sekitar gerbang keluar-masuk tol dan minim di pertengahannya.
Sepanjang jalur, ada tujuh gerbang tol, yakni Cikopo (Kilometer 77), Kalijati (98), Subang (110), Cikedung (138), Kertajati (159), Sumberjaya (175), dan Palimanan (188).