Jakarta, CNN Indonesia -- Tradisi pulang kampung atau mudik bukan hanya dilakukan masyarakat umum. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti pun melakukan ritual tersebut meski hanya sebentar saja.
Badrodin mengaku tak mudah bagi dirinya bisa berkumpul bersama keluarga di kampung halaman yaitu Jember, Jawa Timur. Karena saat Hari Raya Idul Fitri, polisi memang justru menerjunkan pasukan penuh untuk mengamankan arus mudik lebaran, malam takbiran, hingga pengamanan sholat Ied di seluruh masjid di Indonesia.
Apalagi, posisi Badrodin kini adalah orang nomor satu di Korps Bhayangkara. Satu pengalaman mudik yang tak pernah dilupakan Badrodin dituturkannya kepada CNN Indonesia saat berbincang Rabu lalu (15/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun lalu Badrodin memilih berangkat mudik pada malam hari saat lebaran. Kondisi jalan yang tidak terlalu macet malam itu memang membawanya cepat tiba di Jember, tapi dia tetap saja tak bisa berlama-lama berkumpul dengan keluarga.
Status dan jabatan sebagai Wakapolri membuat Badrodin tak bisa lama-lama meninggalkan pekerjaan di Jakarta. "Saya berangkat pukul 18.00 WIB dan tiba di Jember sekitar pukul 23.00 WIB," katanya.
Tiba di Jember, Badrodin langsung menuju kediaman sang ayah untuk berkumpul dengan keluarga besar. Sayang, kumpul keluarga yang dilakukan Badrodin hanya selesai pukul 04.00 WIB keesokan harinya atau hanya lima jam saja lantaran dia harus segera kembali ke ibu kota.
Mudik bagi Badrodin sangatlah penting mengingat orang tuanya menetap di Jember. Namun dia juga tak mau membiarkan aktivitas tersebut mengganggu pekerjaan sebagai perwira tinggi Polri.
Keluarga ayah dua putra ini pun sudah sangat memahami konsekuensi profesi yang dijalani Badrodin. "Keluarga sudah sadar karena waktunya juga sempit," ujarnya.
Meski begitu, Badrodin tetap mensyukuri lima jam yang dia habiskan bersama keluarga di tanah kelahiran. Lima jam yang berharga karena tahun lalu adalah terakhir kalinya dia berlebaran bersama sang ayah yang telah berpulang karena usia tua.
Mudik tahun ini tidak masuk dalam prioritas Badrodin karena tak ada lagi orang tua yang harus dia cium tangannya. Pria kelahiran Desa Paleran, Umbulsari, Jember, 24 Juli 1958 ini akan fokus pada pengamanan lebaran dan menikmati menu favorit hari raya bersama istri dan anaknya di Jakarta.
Perayaan Idul Fitri tak melulu identik dengan mengunjungi kampung halaman. Ada satu tradisi lain yang biasanya dilakukan masyarakat Indonesia, tanpa terkecuali dan terutama para pejabat negara.
Open house adalah saat tuan rumah membuka pintu lebar-lebar untuk menjalin silaturahim dengan tetangga atau kolega. Namun, Badrodin tidak termasuk pejabat negara yang suka melakukan acara ini.
Ketika dia menjabat sebagai Wakapolri tahun lalu dan sekarang telah menjadi orang nomor satu di Korps Bhayangkara pun dia tidak berencana melakukan open house. "Saya belum pernah mengadakan open house," ujarnya.
Dia lebih memilih menggelar silaturahim dengan rekanannya di Polri dibanding menggelar open house di kediamannya, baik rumah pribadi ataupun rumah dinas.
"Kami silaturahim setelah shalat Ied di Lapangan Bhayangkara, lalu ke Ruang Rapat Utama (Rupatama) Mabes Polri,” katanya kepada CNN Indonesia. Selain identik dengan mudik dan open house, lebaran juga tak lengkap tanpa hidangan khas hari raya. Badrodin haiti juga punya menu favorit khas lebaran: sayur lodeh.
“Karena saya suka makanan yang berkuah. Sayur lodeh itu harus ada di meja makan,” tutur Badrodin.
Tapi tentu saja sayur lodeh bukan satu-satunya menu yang terhidang di meja makan kala lebaran. Istri Badrodin, Tejaningsih Haiti, juga menyajikan menu khas lain seperti ketupat, lontong, opor ayam, dan sambal goreng.
Semua menu itu disajikan sendiri oleh sang istri. Bagi Badrodin, masakan paling enak adalah yang dibuat istrinya.
"Kalau bukan istri (yang buat) rasanya tidak akan pas," katanya.