Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Bali, Ade Komarudin, mengakui ada dua kerugian yang dirasakan Partai Golkar akibat kisruh dualisme yang terjadi di internal partai, terutama jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada).
"Kami tidak ada sekolah calon kepala daerah, dan banyak kader juga yang pilih partai lain," kata politisi yang akrab disapa Akom ini, di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta, kemarin, Sabtu (18/7).
Diketahui, dualisme kepengurusan Partai Golkar telah memanas sejak Desember 2014 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam perkembangan proses hukum, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara mengembalikan keabsahan Surat Keputusan Kementerian Hukum dan HAM atas kepengurusan Golkar kubu Agung Laksono.
Tak tinggal diam, Golkar kubu Aburizal Bakrie pun segera mengajukan kaasasi ke Mahkamah Agung sebagai bentuk penolakan putusan PTTUN itu.
Kendati demikian, Akom mengaku bersyukur saat ini Golkar benar-benar dipastikan ikut Pilkada 2015. Alasannya, kisruh yang berlangsung hingga kini membuat Golkar harus berjuang lebih keras.
"Buat kami, terus terang saja, ada kegembiraan tersendiri dapat ikut Pilkada di tengah perjuangan yang luar biasa. Tidak mudah untuk partai Golkar sekarang bisa ikut pilkada," ujarnya.
Secara teknis, KPU dapat menerima pencalonan partai bersengketa dengan syarat pengajuan pasangan calon yang sama diserahkan di dua berkas yang berbeda.
KPU tidak akan menerima pencalonan, apabila dua kubu memberikan nama pasangan calon kepala daerah yang berbeda. KPU juga telah merevisi PKPU tentang Pilkada untuk memberikan landasan hukum.
Mengenai pasangan calon, Akom mengaku tidak mengetahui secara komprehensif. Menurutnya, hal itu telah menjadi bagian dari tim penjaringan pilkada yang dibentuk atas bantuan mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla.
"Teknis gampang. Yang penting Golkar ikut Pilkada," katanya.
(meg)