Ribuan Orang Petisi Jokowi Usut Tuntas Kerusuhan Tolikara

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Minggu, 19 Jul 2015 12:37 WIB
Hingga Minggu (19/7) pukul 12.30 WIB, jumlah orang yang mendukung petisi di situs change.org tersebut mencapai 1.843 orang.
Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) saat melakukan kampanye pertamanya di Jayapura, Papua, Jumat, 06 Juni 2014. (Detik Foto/Ray Jordan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan orang mempetisi Presiden Joko Widodo, Kalpori Badrodin Haiti dan Menteri Agama Lukman Hakim untuk mengusut tuntas dan mencokok pelaku kasus pembakaran musala di Tolikara, Papua.

Petisi tersebut dibuat oleh Maimon Herawati melalui situs change.org pada Sabtu, 18 Juli 2015. Maimon adalah warga negara Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Newcastle, Inggris. Hingga Minggu (19/7) pukul 12.30 WIB, jumlah orang yang mendukung petisi tersebut mencapai 1.843 orang.

Dalam petisi tersebut Maimon menyatakan pembakaran masjid, kios, dan rumah di Tolikara, Papua adalah ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan toleransi antar umat beragama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jika teroris pelaku kejahatan ini tidak segera ditangkap dan diproses secara hukum, kerusuhan sangat mungkin menjalar ke daerah lain. Sentimen agama dan suku adalah api yang sangat mungkin menjalar, meluas dan meruntuhkan NKRI. Ambon adalah sejarah yang tidak ingin kita ulang,” ujarnya seperti dikutip dalam situs change.org, Minggu (19/7)

Ia menuntut pemerintah dan aparat terkait untuk segera mencokok pelaku penghangusan masjid, 38 rumah, dan 63 kios, serta penyebab 153 jiwa mengungsi. Maimon menyatakan korban bukan hanya Muslim, tetapi juga Nasrani asli Papua.

“Bukankah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sudah melaporkan, surat edaran Ketua GIDI wilayah Tolikara, Pendeta Nayus Wenea dan Sekretaris GIDI Pendeta Marthe Jingga yang berisi larangan umat Islam merayakan Idul Fitri di Karubaga Tolikara terdeteksi tersebar sehari sebelum pembakaran? Surat itu juga melarang muslimah berjilbab,” jelasnya.

Maimon meminta pemerintah tegas menyebut tindakan itu sebagai tindakan terror dan tidak ada kaitannya dengan nilai agama manapun.

“Teror adalah terror dan tidak ada satu agama pun yang mengarahkan pengikutnya menjadi teroris, yang mengancam kedamaian hidup yang lain,” tulisnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Ronny Mandang berpendapat pelaku kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua, pada Jumat (17/7) harus ditindak tegas.

"Kami minta penegak hukum menangani kasus ini dengan adil. Siapapun pelakunya, baik itu Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) atau bukan, kalau terbukti bersalah, harus dihukum," kata Ronny saat konferensi pers di gedung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta Pusat, Sabtu (18/7).

Lebih lanjut, Z Towolom, salah satu warga kabupaten Tolikara, Papua, mengatakan bahwa selama ini belum pernah terjadi konflik agama di kampung halamannya. Towolom berpendapat, toleransi antara umat beragama di Tolikara terhitung bagus. Ia mengatakan tidak pernah terjadi gesekan atas nama agama.

"Umat Islam dan umat Kristen di Tolikara baik-baik saja," kata Towolom saat ditemui di gedung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jakarta Pusat, Sabtu (18/7).

Towolom, yang beragama Kristen dan merupakan jemaat Sinode Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Tolikara, meyakini kerusuhan yang terjadi saat Idul Fitri murni karena masalah lain dan bukan dikarenakan sentimen agama.

"Saya rasa musala tersebut terbakar secara tidak sengaja. Kebetulan musala itu lokasinya di belakang kios," katanya. Menurutnya, sasaran utama para pelaku merupakan kios, bukan musala. (gir/gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER