Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisan Resor Kota Depok, Komisaris Besar Dwiyono menyatakan, sejumlah barang berharga milik Noer Baety Rofiq (44) telah dijual oleh para pembunuh ntuk keperluan pribadiya masing-masing.
Bahkan dalam pemeriksaan, salah satu pembunuh mengaku menggunakan uang hasil penjualan untuk minum minuman keras.
"Barang yang sudah terjual antara lain kamera sama laptop, totalnya Rp 2 juta. Uang hasil penjualan dibagi-bagi buat uang lebaran katanya, tapi si H (22) untuk minum-minum juga," ujar Dwiyono di Markas Polresta Depok, Jawa Barat, Senin (20/7). (Baca:
Polisi Akui Ada Kejanggalan di Perampokan Wartawati Terbunuh)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku H, diketahui hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Ia mengaku, uang penjualan tersebut dibagi secara rata kepada masing-masing pelaku lain. "Iya buat minum-minum pak. Uang yang saya dapat Rp 500 ribu," ujarnya.
Sebelumnya, p
olisi membeberkan kronologi perampokan di rumah wartawati lepas Noer Baety Rofiq yang berujung pada terbunuhnya korban. Perampokan dilakukan oleh tiga orang –dua telah tertangkap (S dan H, 22 tahun) dan satu lainnya (D, 25 tahun) masih buron. Sementara satu orang lagi yang juga ditangkap, P (25 tahun), ikut mengetahui perampokan itu dan berperan sebagai penadah barang-barang hasil rampokan.
S, H, dan P ditangkap tim gabungan Polresta Depok dan Polda Metro Jaya Senin siang tadi dan diinterogasi di Markas Polres Kota Depok. Berdasarkan keterangan S dan H, mereka merampok rumah Baety di Blok NC 6 Perumahan Gaperi, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu dini hari (4/7) –dua minggu sebelum Baety ditemukan tewas di dalam rumah itu oleh keluarganya. (Baca juga: Wartawati Ditemukan Tewas di Bojonggede)
Kepala Polresta Depok Komisaris Besar Dwiyon menyatakan saat S, H, dan D masuk ke dalam rumah Baety, sang wartawati ternyata terjaga untuk sahur sehingga ketiga pelaku bersembunyi di dalam gudang di bagian belakang rumah. Mereka menunggu Baety kembali tidur.
Selanjutnya ketika Baety tidur sesudah sahur, para pelaku masuk ke dalam rumah untuk melancarkan aksinya. Namun Baety mememergoki mereka hingga ketiga pelaku panik dan bersama-sama menghabisi korban.
S, H, dan D memiliki peran masing-masing saat membunuh Baety. D menyayat leher korban, H menusuk perut Baety sebanyak sembilan kali, dan S menindih korban.
Setelah Baety tewas, salah satu pelaku mengikat tangan korban dengan tali dan mengambil beberapa barang milik korban, kemudian pergi dari rumah itu untuk menjual barang hasil rampokan.
Sebelum melancarkan aksinya, D yang kini masih buron dan diduga sebagai otak perampokan itu, telah lebih dulu memantau rumah Baety. D pula yang mengajak pelaku lain untuk melakukan perampokan di rumah Baety.
“Saya cuma diajak sama D. Kalau pisau untuk membunuh, saya beli di Stasiun Citayam sehari sebelumnya," ujar H.
H mengatakan tidak tahu soal latar belakang profesi Nur Baety. Dia mengaku hanya berniat merampok. "Saya tidak tau kaau dia wartawan. Saya hanya diajak," ujar H kepada wartawan.
Polresta Depok masih mendalami motif perampokan yang menewaskan Baety karena sejumlah barang yang dirampok seperti buku berisi kartu-kartu nama dan alat perekam suara atau recorder untuk menunjang tugas kewartawanan Baety, bukan termasuk benda yang menghasilkan banyak duit jika dijual.
(sip)