Menko Tedjo: Tolikara Sudah Damai, Hindari Solidaritas Sempit

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 22 Jul 2015 10:29 WIB
Menurut Tedjo, pemerintah terus berupaya meredam berbagai isu provokatif, termasuk seruan jihad ke Papua. Ia menegaskan Tolikara telah tenang, jangan diganggu.
Menkopolhukam Tedjo Edhy Purdjiatno (tengah) bertemu dengan Badan Koordinasi Muballigh se-Indonesia di kantornya, Jakarta, Selasa (21/7), dalam rangka meredam gejolak pasca kerusuhan Tolikara. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menyatakan suasana di Tolikara, Papua, saat ini telah kondusif. Oleh sebab itu ia memancing semua pihak untuk tenang dan tak perlu meladeni provokasi berbasis sentimen agama.

“Di sana sudah tenang, sudah berdamai,” kata Tedjo usai mengikuti upacara peringatan Hari Bhakti Adhyaksa ke-56 di Gedung Kejaksaan Agung, Rabu (22/7), yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi dan dihadiri para pejabat tinggi pemerintah.

Menurut Tedjo, pemerintah telah memberikan pengertian kepada tokoh agama dan tokoh adat untuk meredam isu-isu provokatif, termasuk kabar adanya seruan jihad ke Papua. “Itu kami redam. Itu hanya solidaritas sempit,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Laut TNI itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara terkait penambahan pasukan TNI di Tolikara, kata Tedjo, ditujukan untuk membersihkan dan membantu pembangunan kembali sejumlah rumah toko (ruko), termasuk musala, yang terbakar dalam kerusuhan saat Hari Raya Idul Fitri di wilayah itu, Jumat pekan lalu (17/7).

Tedjo juga menyatakan pemerintah terus berupaya agar kerusuhan Tolikara tidak meluas dan merembet ke mana-mana. Menurutnya, TNI, Polri, dan Badan Intelijen Negara telah melakukan antisipasi.

Sementara terkait Surat Edaran Gereja Injili di Indonesia (GIDI) soal pembatasan ibadah muslim yang menjadi pusat kontroversi rusuh Tolikara, Tedjo mengatakan Kepolisian akan memeriksa pembuat surat itu.

Surat edaran tersebut ditandatangani oleh Presiden GIDI Dorman Wandikmbo pada 11 Juli, dan berisi imbauan kepada muslim Tolikara untuk tak menggunakan pengeras suara dalam beribadah. (Baca: Mendagri Minta Bupati Tolikara Periksa soal Perda Agama)

“Mengingat akan diselenggarakannya Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Injili Pemuda Tingkat Pusat bertaraf nasional/internasional pada tanggal 15-20 Juli 2015, maka diminta kepada pihak muslim agar tidak melakukan kegiatan peribadatan di lapangan terbuka, tidak menggunakan pengeras suara, dan ibadahnya cukup dilakukan di dalam musala atau ruangan tertutup,” demikian kutipan isi surat edaran tersebut.

Untuk diketahui, lokasi salat Id di Tolikara berjarak sekitar 250 meter dari tempat dilangsungkannya Seminar dan Kebaktian Kebangunan Rohani Injili Pemuda Tingkat Pusat yang dihadiri sekitar 2.000 orang pemuda GIDI dari berbagai daerah.

Namun, ujar Tedjo, Presiden GIDI telah membantah membuat surat edaran tersebut. Tedjo meminta semua pihak menyerahkan penegakan hukum kepada Kepolisian yang dalam waktu dekat akan memeriksa pembuat surat edaran dan penggerak kerusuhan.

Sebelumnya saat Hari Raya Idul Fitri, terjadi penyerangan terhadap jemaah salat Id di Tolikara. Penyerangan membuat jemaah salat Id bubar, sementara para penyerang mereka lantas membakar beberapa bangunan rumah, kios, dan musala.

Untuk mengamankan situasi, polisi menembak tiga orang pelaku penyerangan yang tidak mengindahkan peringatan petugas. Sejumlah saksi telah diperiksa terkait kebakaran dan penembakan tersebut. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER