Kasus Tolikara: Ada 5 Warga Asing di Proposal Kegiatan GIDI

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Jumat, 24 Jul 2015 15:18 WIB
Kapolri mulai menelusuri apakah kelima warga asing itu ikut hadir dalam Kebaktian Kebangunan Rohani Gereja Injili di Indonesia (GIDI) di Tolikara atau tidak.
Warga sudah mulai beraktivitas normal usai kerusuhan di Distrik Karubaga, Tolikara, Papua, Kamis (23/7). (CNN Indonesia/Aghnia Adzkia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menyatakan ada lima orang warga negara asing dalam proposal kegiatan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Gereja Injili di Indonesia (GIDI) bertaraf nasional/internasional di Tolikara, Papua, yang berlangsung 15-20 Juli.

"Ada lima orang asing terdaftar di situ," ujar Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta, Jumat (24/7).

Kepolisian mengetahui hal tersebut karena proposal GIDI juga diajukan ke Mabes Polri. Kegiatan GIDI itu mesti dilaksanakan berdasarkan izin Mabes Polri karena berskala internasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tetapi kelengkapan yang diminta untuk proposal itu ternyata tidak dipenuhi. Apakah (kelima warga asing) yang bersangkutan datang atau tidak (ke KKR GIDI di Tolikara), kami belum tahu,” ujar Badrodin.

Badrodin tidak menjelaskan siapa saja lima orang warga asing itu. Namun, kata dia, Kepolisian akan mulai menelusuri apakah kelimanya ikut hadir dalam KKR GIDI atau tidak.

Ketika ditanya apakah lima orang tersebut terlibat dalam insiden penyerangan dan pembakaran bangunan di Tolikara pada Hari Raya Idul Fitri Jumat pekan lalu (17/7), Badrodin belum bisa memastikan. “Itu nanti setelah pemeriksaan saksi-saksi,” kata dia.

Saat Hari Raya Idul Fitri itu, sekelompok orang menyerang dan melempari jemaah salat Id di Tolikara, Papua. Penyerangan diduga terkait surat edaran GIDI yang melarang umat Islam menggunakan pengeras suara saat menjalankan ibadah.

Jemaah salat tidak diperkenankan menggunakan pengeras suara lantaran lokasinya berdekatan dengan tempat penyelenggaraan KKR GIDI. (Baca penjelasan Kapolri: Ada Putus Komunikasi Polres, Gereja, Bupati Tolikara)

Selain melakukan penyerangan, massa juga membakar sejumlah bangunan di wilayah itu, dan api ikut menyambar musala. (Baca juga: Usai Jumatan, Muslim Tolikara Mulai Bangun Musala Terbakar)

Dalam proses pengamanan insiden tersebut, satu orang tewas terkena peluru aparat, sedangkan 12 orang lainnya luka-luka.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Slamet Effendi Yusuf menduga ada keterlibatan pihak asing dalam penyerangan dan kerusuhan yang terjadi di Tolikara. Slamet berpendapat indikasi ke arah itu cukup kuat.

“Ada pihak asing, pihak ketiga di belakang peristiwa Tolikara,” ujar Slamet kepada CNN Indonesia. Ia mendesak aparat polisi bertindak tegas dalam menegakkan hukum dengan menangkap seluruh pihak terlibat.

“Tindak setegas-tegasnya. Tangkap dan adili. Pemerintah harus mengusut tuntas kasus ini agar tidak menjadi konflik horizontal seperti di masa-masa lalu,” kata Slamet yang juga menjabat sebagai salah satu Ketua Majelis Ulama Indonesia.

Kamis kemarin (23/7), Polda Papua telah menangkap dua tersangka kerusuhan Tolikara, Arianto Kogoya (26) dan Jundi Wanimbo (31), di Tolikara. (Baca Identitas Tersangka Tolikara: Pegawai Bank dan Staf Pemda)

Keduanya telah dibawa ke Polda Papua di Jayapura hari ini untuk diperiksa intensif. Mereka disebut Kapolda sebagai provokator kerusuhan Tolikara. (Baca: Polisi Ungkap Peran Dalang Kerusuhan Tolikara)

Simak terus perkembangan pengusutan kasus Tolikara di Fokus: Biang Kerok Tolikara Tertangkap (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER