Pansel Capim KPK Cari Kandidat Berani dan Bisa Bekerja Sama

Abi Sarwoto | CNN Indonesia
Senin, 27 Jul 2015 18:03 WIB
Pansel calon pimpinan KPK mencari sosok pimpinan yang berani, mampu bekerjasama secara kolektif kolegial dan kompak dalam menjalankan tugas.
Ketua Pansel KPK Destry Damayanti didampingi anggota pansel lainnya serta tim ahli profile assessment memberikan keterangan kepada media, Senin (27/7) di Pusdiklat Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/Abi Sarwoto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi melalui profile assessment mencari sosok yang berani, mampu bekerja sama secara kolektif kolegial dan kompak dalam menjalankan tugas-tugasnya ke depan.

"Kami cari bukan semata-mata seorang yang bersih, tetapi juga individu yang bisa bekerja sama sebagai satu tim. Harus kompak dan bisa bekerja secara kolektif kolegial," kata Destry Damayanti di Pusdiklat Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Senin (27/7).

Ketua Pansel KPK tersebut juga menegaskan, pihaknya tidak menginginkan individu yang hanya ingin tampil menjadi primadona. Oleh karena itu, ia mengatakan diperlukan tim yang terdiri dari personal-personal berkualitas dan juga memiliki keberanian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Boleh pintar komunikasi, baik manajerial skill-nya, tetapi jika tidak punya keberanian akan percuma," kata Destry.

Destry mengharapkan nantinya capim KPK yang lolos dapat menjalankan fungsi-fungsi dengan baik, terutama fungsi koordinasi dan supervisi. Kedua fungsi tersebut disorot oleh pansel capim KPK karena belakangan sempat terjadi goncangan akibat koordinasi yang kurang terjalin antara pimpinan dan pegawai.

Khusus fungsi supervisi menurutnya, saat ini belum dapat dirasakan manfaatnya. Sehingga supervisi akan menjadi hal yang dikedepankan. Ia menambahkan, saat ini baru penindakan yang terasa bombastis.

Isu Kekompakan Goncang KPK

Kurang kompaknya pemimpin KPK dengan penyidiknya sempat menjadi isu hangat pada bulan Februari dan Maret 2015. Kasus pelimpahan berkas Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung menjadi titik pangkal perkaranya.

Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho sempat meminta mundur Pelaksana Tugas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiequrachman Ruki. Ia menilai kehadiran Ruki melemahkan KPK.

Selain itu, dari pegawai yang tergabung dalam Wadah Pegawai KPK juga melakukan penolakan atas pelimpahan kasus Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung. Aksi yang diwarnai dengan protes di halaman gedung KPK meminta penjelasan pimpinan secara terbuka terkait strategi pemberantasan korupsi yang dijalankan.

Aksi dan desakan mundur terhadap Pelaksana Tugas Pimpinan KPK memperlihatkan adanya goncangan yang terjadi akibat keputusan kontroversial tersebut dan menuding adanya pelemahan KPK dari dalam.

Meski demikian, isu tersebut semakin lama semakin memudar dan perlahan-lahan memberikan ruang bagi para Pimpinan KPK sementara yang belum lama bertugas. Sehingga, hari ini menjadi pekerjaan rumah bagi pansel capim KPK untuk mendapatkan pimpinan yang dapat diterima, untuk menghindari peristiwa serupa terjadi di masa yang akan datang (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER