Sebagian Jawa, Bali dan NTT Mengalami Kekeringan Ekstrem

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 28 Jul 2015 16:52 WIB
El Nino akan menyebabkan kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan dengan tahun 2014, namun tidak akan lebih parah dari El Nino 1997.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (paling depan) saat mengunjungi sawah pertanian tadah hujan yang ditanami tanaman kacang di Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (27/7). Menteri Pertanian menargetkan pembangunan 10 ribu embung, sumur dangkal dan sumur dalam di seluruh Indonesia untuk mengantisipasi kekeringan di lah Jan pertanian tadah hujan. (ANTARA/Aloysiusarot Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis, hingga saat ini terhitung sudah ada 12 provinsi di Indonesia yang mengalami kekeringan. Bahkan beberapa daerah di antaranya telah mengalami kekeringan ekstrem, tidak diguyur hujan selama 60 hari penuh.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan setidaknya ada 12 provinsi dan 77 kabukaten/kota dengan 526 kecamatan yang telah mengalami kekeringan. Diperkirakan juga sekitar 25 ribu hektar sawah puso dan 200 ribu hektar pertanian rawan kekeringan.

Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Tinur, Banten, Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Ada juga Sumatera Selatan, Yogyakarta, Selawesi Selatan, Lampung, dan Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sutopo juga menyebutkan, ada beberapa wilayah di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami kekeringan ekstrem sampai hari ini karena sudah tak diguyur hujan dua bulan lamanya.

"Sudah ada wilayah yang lebih dari 60 hari tidak hujan, seperti Cirebon, Majalengka, Madiun, Lamongan, Gresik, Malang Pasuruan, Bondowoso. Ada juga Buleleng, Bangli, Lombok, Bima, Sumbawa, Sumba, dan Timor," kata Sutopo di Jakarta, Selasa (28/7).

Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan daerah-daerah di selatan khatulistiwa memang akan mengalami dampak kekeringan yang lebih parah dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya fenomena alam El Nino yang terjadi mulai Juli-November 2015.

"El Nino ini memberikan efek tingkat intensitas dan frekuensi curah hujan akan semakin berkurang dan bahkan awal musim hujan diperkirakan akan mulai Desember 2015," ujarnya.

Daerah-daerah tersebut antara lain wilayah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan bagian barat daya Maluku.

Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus Subagyo Swarinoto menjelaskan, gelombang El Nino yang akan melanda Indonesia merupakan El Nino moderate. Namun, El Nino moderat ini masih berpotensi menguat sampai November nanti. Akibatnya diperkirakan kekeringan pun akan mencapai pun puncaknya pada masa tersebut.

Selain kekeringan, El Nino juga akan memberikan dampak lainnya. Yunus memaparkan dampak El Nino yang paling besar akan menyebabkan terjadinya puso.

"Dampak El Nino paling besar adalah puso yaitu gagal panen, dan bera yaitu lahan yang tidak dikerjakan akibat perubahan faktor cuaca," papar Yunus.

Kendati El Nino akan menyebabkan kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan dengan tahun 2014, namun BMKG dan BNPB mengatakan kekeringan yang terjadi tidak akan lebih parah dibandingkan dampak El Nino tahun 1997 lalu. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER