Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan untuk menurunkan hujan buatan dalam mengatasi bencana kekeringan yang melanda Jakarta. Pertimbangan itu diambil sebab adanya ketidakpastian sumber dana untuk membuat hujan buatan.
"Kami akan pertimbangkan hujan buatan kalau El Nino lebih panjang sesuai laporan BMKG," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (31/7).
(Lihat Juga: FOKUS Bencana Hadang Nusantara)Ahok menjelaskan pembuatan hujan buatan belum tentu bisa menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI. Lebih jauh lagi, kondisi kekeringan di Jakarta belum darurat sehingga mendesak untuk menurunkan hujan buatan segera.
(Lihat Juga: Atasi Kekeringan, Jokowi Bangun Ribuan Waduk Buatan)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah dianggap darurat untuk mengeluarkan uang? Tahu sendiri banyak musuh saya," kata Ahok.
Ahok menyampaikan dia enggan terkena persoalan bila memutuskan untuk menggunakan dana APBD DKI untuk hujan buatan. Alasannya, sebelumnya, Ahok juga sudah sempat terlibat masalah saat pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras seluas 3,7 hektare. Pembelian tersebut dinilai BPK terlalu mahal dan merugikan Pemprov DKI sebanyak Rp 191 miliar.
(Baca Juga: Ahok akan Panggil RS Sumber Waras Terkait Temuan BPK)
"Padahal, sudah disebutkan prioritas APBD untuk kesehatan itu termasuk pembelian tanah RS. Kalau saya bikin hujan buatan, tidak darurat, saya kena lagi," ujarnya.
Sementara itu, untuk mengatasi persoalan kekeringan di Jakarta, Ahok berencana untuk mengirim pasokan air dari BUMD Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya ke wilayah yang mengalami kekeringan. Pengiriman air dilakukan setelah Ahok mendapat laporan terjadinya kekeringan di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
"Harus kirim air ke wilayah yang kekeringan. Makanya, agar mudah kami perintahkan PAM Jaya bangun sendiri pengolahan air melalui dana PMP (penanaman modal pemerintah) tahun depan. Jadi semua air, sumur, kami olah sendiri," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (31/7).
Sebelumnya, Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan fenomena El Nino diprediksi akan menguat mulai Agustus hingga Desember 2015. Hal tersebut menyebabkan musim kemarau di Indonesia terjadi hingga November 2015.
(Lihat Juga: El Nino Menguat, Kemarau Diperkirakan Hingga November)"Daerah-daerah di Indonesia yang berpotensi terkena dampak El Nino 2015 meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan (Kalsel), dan Sulawesi Selatan (Sulsel)," kata Andi, Kamis (30/7) lalu.
El Nino merupakan gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sekitar katulistiwa khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru).
Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan iklim. Dalam laman resmi BMKG dinyatakan, dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia umumnya hangat. Ini membuat proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk.
Namun saat fenomena El Nino terjadi, perairan sekitar Indonesia umumnya tak seperti biasanya karena suhunya turun. Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. Hal ini berdampak pada pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di Indonesia.
(utd)