Jakarta, CNN Indonesia -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku tidak gusar meski kotanya gagal mengikuti pemilihan kepala daerah serentak pada 9 Desember mendatang. Tak dapat berkompetisi memperebutkan kursi nomor satu di Surabaya, Risma menganggap itu sebagai takdir yang digariskan Tuhan.
"Kalau Gusti Allah maunya seperti itu bagaimana. Aku nggak rugi kok. Dikira enteng menjadi wali kota Surabaya?
Abot (berat)," ujarnya di Jakarta, Selasa (4/8).
Risma mengaku tidak tahu-menahu jika ketiadaan pasangan bakal calon kepala daerah lain di Surabaya merupakan sebuah skenario politik untuk menjegal langkahnya melanjutkan kepemimpinan di Surabaya. (Baca:
PKB: Kami Tak Usung Risma karena Ada Calon Sendiri)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang kembali maju bersama wakil wali kota petahana Whisnu Sakti Buana itu menyerahkan nasib pencalonannya kepada partainya. (Baca:
KPU Tunggu Koordinasi Kemendagri Soal Calon Tunggal Pilkada)
Risma mengatakan, peraturan undang-undang tidak memungkinkan dirinya memimpin Surabaya dengan status pelaksana tugas wali kota. Untuk itu, Risma mengaku akan menyelesaikan beberapa persoalan menahun di Surabaya sebelum ia melapaskan jabatannya.
"Aku kerja dulu karena (masa jabatan) masih sampai September. Satu bulan, satu hari, dua jam bagi aku adalah waktu yang sangat penting untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat Surabaya," tuturnya.
Risma menuturkan, ia akan menerobos hal-hal yang menghambat pelayanan publik. Ia berjanji akan langsung turun tangan menyelesaikan persoalan-persoalan seperti minimnya jumlah dokter di rumah sakit daerah dan pengadaan pembangkit listrik tenaga biomassa.
"Kemarin aku mengontrol apa-apa yang penting untuk belanja seperti PAK (Perubahan Anggaran Keuangan). Jadi sekarang saya lebih ke arah, saya ingin meninggalkan yang terbaik untuk rakyat Surabaya," ujarnya.
(obs/obs)