Jakarta, CNN Indonesia -- Tedjo Edhy Purdijatno tak membuang waktu begitu tahu resmi dicopot dari jabatan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan. Pemberitahuan itu datang Selasa (11/8), dan petang itu pula Tedjo langsung mengepak barang-barangnya di Kementerian Polhukam.
Dia membereskan ruangannya dengan tenang. Tak ada keramaian berarti di Kantor Kemenkopolhukam. Menurut seorang pejabat eselon II kementerian itu, Tedjo memang telah siap menghadapi kemungkinan pencopotannya.
“Ruangan Bapak sudah rapi. Barang-barang sudah dikemas-kemas Selasa malam,” ujar pejabat itu melalui sambungan telepon, Rabu (12/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seharian kemarin ketika Presiden Jokowi melantik menteri-menteri barunya, Tedjo tak terlihat lagi mendatangi Kantor Kemenkopolhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun CNN Indonesia, Tedjo sejak pagi berada di kediaman pribadinya di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur. Sementara rumah dinas Tedjo di kompleks perumahan menteri di Jalan Denpasar, Jakarta Selatan, memang jarang ia tempati.
“Pak Tedjo memang lebih sering tinggal di Bambu Apus,” ujar Deputi VII Bidang Koordinasi, Informasi, dan Aparatur Kemenkopolhukam Marsekal Madya Agus Barnas.
Saat pelantikan enam menteri baru berlangsung di Istana Negara pukul 14.00 WIB kemarin, Tedjo pun tak hadir di sana. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut itu sehari penuh menghilang dari keriuhan politik di jantung ibu kota.
Selain tak lagi menempati rumah dinasnya dan telah merapikan barang-barangnya di Kantor Kemenkopolhukam, Tedjo juga tak lagi menggunakan kendaraan dinasnya. Mobil Toyota Crown Royal Saloon berwarna hitam yang dikemudikan sopir kementerian itu kemarin siang datang dan diparkir di garasi khusus menteri.
Nomor kendaraan dinas tersebut terlihat disamarkan. Pelat RI 15 ditimpa pelat bernomor B 1995 RFS. Kedua pelat tersebut sejatinya sama-sama milik Menkopolhukam, namun pelat B 1995 RFS biasa digunakan apabila sang menteri sedang tak bertugas.
“Saya cuma nyetir, disuruh taruh mobil di sini. Nanti katanya diserahkan ke Sespri. Begitu saja sih," ujar Edi, staf Kemenkopolhukam yang menyopiri mobil itu.
Sejak pagi, Tedjo memang tampak menghindari keramaian. Meski tak tampil di hadapan publik, ia berpamitan dengan menyebarkan pesan singkat kepada rekan-rekannya.
“Assalamu’alaikum. Kepada Bapak/Ibu sekalian, sehubungan dengan berakhirnya jabatan saya selaku Menkopolhukam, saya mohon diri dan mohon maaf atas segala khilaf dan salah. Terima kasih atas segala dukungan dan kerjasama selama saya menjabat Menkopolhukam. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua, amin. Wassalamu’alaikum. Tedjo Edhy P., Laksamana (Purn).”
Pesan singkat itu menyebar pagi hari, sebelum Istana mengumumkan resmi bakal ada pelantikan menteri-menteri baru hati itu. Sontak banyak orang bertanya-tanya apakah betul itu pesan dari Tedjo atau ulah jahil semata.
Para politikus NasDem, partai tempat Tedjo bergabung sebelum menjabat Menkopolhukam, membenarkan pesan itu datang dari nomor ponsel Tedjo. “Kami memang menerima pesan itu dari Tedjo. Betul itu nomor beliau,” ujar Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella.
Hari ini, Kamis (13/8), Tedjo dan penggantinya, Luhut Binsar Pandjaitan, akan menjalani prosesi serah terima jabatan di Kantor Kemenkopolhukam. Tedjo disebut bakal hadir pada acara itu. (Baca juga
Luhut: Jokowi Ingin Bentuk Tim Solid Agar Tak Babak Belur)
Setelah sertijab, tujuh deputi di Kemenkopolhukam akan melaporkan program dan pencapaian kinerja mereka kepada Luhut, komandan baru mereka.
Luhut dan Tedjo sesungguhnya sama-sama berstatus pensiunan perwira tinggi TNI. Luhut lebih dulu menjadi perwira setelah lulus pada tahun 1970 dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (kini Akademi Militer). Tedjo menyusul jejak Luhut lima tahun kemudian.
Meski demikian, Tedjo dan Luhut berasal dari matra yang berbeda. Tedjo di TNI Angkatan Laut, sedangkan Luhut di TNI Angkatan Darat.
Ketika keduanya pensiun, mereka sama-sama meraih pangkat tertinggi di angkatan mereka: Tedjo berstatus Laksamana dan Luhut menjadi Jenderal meski tak sempat menjadi orang nomor satu di TNI AD.
Pencopotan Tedjo mungkin tak mengejutkan karena namanya selama ini disebut-sebut masuk kategori menteri Jokowi yang kerap melakukan blunder. Tedjo yang sempat menulis buku ‘Mengawal Perbatasan Negara Maritim’ itu dalam berbagai survei dianggap kurang memuaskan kinerjanya.
Namun bagi sebagian orang yang mengenalnya, Tedjo adalah sosok yang baik. Mereka mengatakan Tedjo berhati lapang dan tak keberatan melepas jabatan yang memang tak bakal abadi.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengatakan Tedjo paham betul tak mesti menjadi menteri untuk dapat mengabdi kepada negara. Paloh yakin Tedjo akan meneruskan baktinya pada bangsa meski tak lagi di kabinet. (Baca:
Tedjo Paham Tak Harus Jadi Menteri)
Seperti lautan yang pernah lama diarunginya saat menjadi marinir, Tedjo mungkin amat mengerti demikianlah kehidupan manusia mengalami pasang surut tiada henti.
(agk)