Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti mengatakan dirinya telah menginstruksikan jajaran kepolisian untuk mewaspadai adanya ancaman bom yang akan diledakkan pada 17 Agustus mendatang. Hal tersebut disampaikannya menanggapi terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Anti Teror di Solo.
"Masing-masing anggota Polri di wilayah meningkatkan pengamanannya ditempat-tempat umum," ujar Badrodin, Jumat (14/8).
Badrodin mengatakan instruksi tersebut disampaikannya saat apel Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) kemarin (13/8). Selain itu, Badrodin mengatakan pihaknya terus melakukan penyelidikan dalam perkara ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan pihaknya masih terus mengidentifikasi siapa sajakah pelaku yang terlibat dalam dugaan adanya rencana untuk meledakkan kantor polisi, gereja dan kelenteng untuk mengacaukan hari kemerdekaan tiga hari mendatang.
"Kemudian kami lakukan penangkapan," ucapnya.
Sebelumnya, Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Noer Ali mengatakan tiga terduga teroris yang ditangkap adalah Jaringan Badri. Untuk urusan pendanaan, terutama terkait dengan bom yang akan diledakkan pada 17 Agustus, Noer Ali menyebutkan mereka mendapatkannya dari seorang warga negara Indonesia, BN yang kini berada di Suriah dan bergabung dengan ISIS.
Ketiga terduga teroris yang kemarin ditangkap adalah Ibadurahman, Yuskarman dan Giyanto. Ketiga orang ini memiliki peran yang berbeda. Ibadurhaman adalah penyandang dana dan otak serangan yang direncanakan pada 17 Agustus ini. Ibadurahman adalah penerima dana dari BN. Dia kemudian mengajak yang lain untuk merencanakan aksi tersebut.
Yuskarman berperan sebagai demolition man alis martir yang akan melakukan pemboman. Yuskarman adalah spesialis pembuat bom rakitan, yang mana ia merakit peledak yang ikut diamankan dalam penangkapan tersebut. Sedang kan Giyanto adalah operator lapangan.
Giyanto menjadi penyedia dan mempersiapkan semua sarana dan prasana perakitan bom. Giyanto juga ikut menyimpan bom rakitan dan melakukan survei ke Polsek Pasarkliwon sebagai salah satu target yang akan diledakkan pada 17 Agustus nanti.
Catatan Giyanto tidak disitu saja, ia disebut terlibat dalam kasus penembakan anggota Polri di Solo 2012. Ketiga orang yang ditangkap kemarin ini disebut sebagai anggota jaringan Badri yang mana Badri sendiri telah ditangkap polisi pada tahun 2012 lalu. Saat itu dia merekrut lima anak untuk dilatih merakit bom.
(pit)