Jakarta, CNN Indonesia -- Letusan senjata api mewarnai aksi pengibaran bendera bulan bintang di depan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, Banda Aceh oleh mahasiswa. Aksi pengibaran bendera ini digelar untuk memperingati 10 tahun ditandatanganinya nota kesepahaman antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki, Finlandia.
Pengibaran bendera ini menurut Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar Raniry Muhammad Reza Fahlevi merupakan bentuk sindiran pada Pemerintah Aceh.
"Pemerintah Aceh selama ini hanya mengurusi soal lambang dan bendera Aceh saja," kata Reza kepada CNN Indonesia, Sabtu (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal banyak poin-poin penting dalam MoU Helsinki yang mestinya diterapkan terutama yang menyangkut kesejahteraan rakyat. "Selama ini yang selalu diributkan adalah soal bendera dan lambang saja," ujar Reza.
Karena itu aksi siang tadi di DPRA diwarnai dengan pengibaran bendera yang jadi polemik selama ini. Salah satu perwakilan mahasiwa mencoba menaiki tiang bendera yang ada di halaman DPRA.
Namun belum sampai puncak, terdengar suara letusan. Menurut Reza, letusan itu berasal dari senapan salah seorang anggota Polri yang berjaga di depan kantor DPRA.
Setelah ada letusan, rencana pengibaran bendera bulang bintang diurungkan. Namun aksi tetap dilanjutkan. Mahasiswa tetap berorasi di depan kantor DPRA.
Menurut Reza salah satu tuntuan mahasiswa adalah dicabutnya penghargaan nobel perdamaian untuk mantan Presiden Finlandia Martti Ahtisaari.
Martti yang jadi mediator damai GAM dengan Pemerintah RI dinilai sudah gagal.
Saat ini aksi sudah berakhir. Namun beberapa perwakilan mahasiwa menurut Reza dipanggil oleh petugas Polsek Syiah Kuala, Banda Aceh untuk dimintai keterangan soal aksi tadi siang.
"Beberapa rekan kami masih dimintai keterangan," kata Reza.
(sur)