Temukan Korban Trigana, Basarnas Butuh Alat Pendingin

Gentur Putro Jati & Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Selasa, 18 Agu 2015 10:42 WIB
Jenazah yang ditemukan tim evakuasi darat gabungan sebanyak 37 jasad dewasa dan 1 jasad anak-anak.
Kepala Basarnas Bambang Soelistyo berdialog dengan keluarga korban jatuhnya pesawat Trigana Air di halaman kantor Dirjen Perhubungan Udara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (17/8). Bambang mengatakan bahwa Basarnas dan tim lainnya telah menemukan titik lokasi jatuhnya pesawat dan secepat mungkin akan melakukan evakuasi. (ANTARA FOTO/Lucky R)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 38 jenazah telah ditemukan oleh tim evakuasi darat gabungan, pada Selasa (8/8) pukul 11.00 Waktu Indonesia Timur (WIT). Jenazah tersebut terdiri atas 37 jasad dewasa dan 1 jasad anak-anak.

Pihak Badan SAR Nasional (Basarnas) mengatakan timnya membutuhkan alat pendingin untuk mempertahankan kondisi jasad tetap terjaga. (Lihat Juga: FOKUS Pesawat Trigana Hilang di Papua)

"Saat ini bukan lagi tahap pencarian tetapi sudah masuk tahap evakuasi," kata Soelistyo di Papua. (Baca Juga: Sudah 38 Jenazah Korban Trigana Ditemukan, Seluruhnya WNI)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan dua orang petugas telah diturunkan di titik sasaran dengan helikopter airfast. Sementara itu, dua anggota TNI dari Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara yang melalui jalur darat juga sudah sampai di lokasi sekitar pukul 05.00 WIT. (Baca Juga: Trigana Air Telah Kecelakaan 19 Kali Sejak 1992)

Sementara itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan pihak Trigana Air menyatakan akan menyelesaikan masalah asuransi para korbannya dengan baik.

Saat ini, katanya, persoalan terletak pada nama manifest penumpang yang berbeda. Oleh karena itu, Jonan meminta untuk segera melakukan koordinasi antar unit terkait perbedaan manifest tersebut.

"Secara prinsip tidak boleh lagi terjadi ada penumpang yang namanya berbeda dengan catatan manifest. Hal ini sesuai Peraturan Menteri yang berlaku," ujarnya.

Perbedaan manifest tersebut, katanya, mungkin bisa segera diselesaikan saat ini. Namun, jika tidak ditangani serius, hal tersebut bisa memalukan Indonesia di mata internasional. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER