Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Frans Henry Bambang Soelistyo mengatakan, evakuasi jenazah korban kecelakaaan pesawat Trigana Air IL 257 tetap melaluai udara. Namun evakuasi baru akan dilakukan besok.
Hasil evaluasi hari ini, medan sulit dan cuaca tak menentu jadi kendala tersendiri jika evakuasi dilakukan melalui jalur darat. Selain itu, malam hari tak memungkinkan dilakukan evakuasi.
"Kita tetap akan menggunakan jalur udara. Saat ini disini sudah malam, cuacanya juga cepat berubah. Kami akan mulai evakuasi besok pagi," ujarn Soelistyo kepada CNN Indonesia, Selasa (18/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan digunakannya jalur udara, Soelistyo berharap evakuasi bisa cepat diselesaikan. Evakuasi 54 jenazah korban harus cepat dilakukan karena kondisi jenazah korban yang terbakar dan dikhawatirkan cepat rusak.
SIMAK FOKUS:
Evakuasi Korban Trigana Air
Lebih lanjut, Soelistyo mengatakan, saat ini kotak hitam pesawat dan sejumlah uang untuk Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) telah diamankan oleh tim gabungan. Besok kotak hitam rencananya akan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Uang dan black box sudah diamankan di posko oleh Tim Gabungan. Akan tetapi tidak semua uangnya utuh," ujarnya.
Dua bagian kotak hitam yakni rekaman data penerbangan atau
flight data recorder (FDR) dan rekaman suara kokpit atau
cockpit voice recorder (CVR) sudah ditemukan.
Sebelumnya setelah menemukan 54 jenazah korban, tim gabungan berencana mengevakuasi jenazah melalui jalur darat. Hal ini dilakukan karena cuaca buruk dan medan yang tak rata sehingga membuat helikopter sulit mendekat ke lokasi kecelakaan.
Teknik hoisting atau mengangkat jenazah menggunakan tali ke helikopter juga tak bisa dilakukan karena kondisi cuaca tak menentu.
Diperkirakan jika jalur darat yang ditempuh, maka butuh waktu enam jam dari lokasi kecelakaan ke daerah terdekat di mana helikopeter bisa mendarat.
Seluruh jenazah korban rencananya akan diterbangkan ke RS Bhayangkara di Jayapura untuk diidentifikasi. Saat ini tim DVI terus mengumpulkan sampel DNA anggota keluarga korban untuk kepentingan identifikasi.
(sur)