Jakarta, CNN Indonesia -- Disastaer Victim Identification (DVI) telah mendapatkan sebagian besar data antemortem korban kecelakaan pesawat Trigana Air jenis ATR 42-300 di Pegunungan Bintang, Papua.
"Data antemortem, sejak kemarin untuk keluarga sudah ada posko antemortem. Laporan Kabiddokes Polda Papua tadi pagi, sudah ada 45 anggota keluarga yg menyampaikan data antemortem," Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigadir Jenderal Arthur Tampi lewat sambungan telepon, Selasa (18/8).
Dia menjelaskan, data antemortem yang didapatkan terdiri atas barang-barang yang dimiliki korban, tanda-tanda medis, rekam gigi, foto dan ciri fisik seperti tato atau bekas operasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti kami lakukan pemeriksaan DNA, rekam gigi, semua sudah berjalan," kata Arthur.
Data antemortem itu nantinya akan dicocokan dengan data postmortem setelah jenazah ditemukan. Prosedur ini dilakukan untuk memudahkan proses identifikasi jika ada jenazah yang sulit dikenali.
Untuk melakukan identifikasi, sebanyak tiga orang dokter spesialis dikirimkan ke Papua. Di antaranya adalah spesialis forensik, gigi forensik dan ahli DNA. "Nanti kami akan perkuat lagi," kata Arthur.
Dia juga mengatakan, semua jenazah yang ditemukan akan ditempatkan di Rumah Sakit Bhayangkara, Jayapura. Sejauh ini, kata dia, belum ada jenazah yang sudah teridentifikasi.
Hari ini, Kementerian Perhubungan menyatakan seluruh jenazah penumpang dan kru pesawat nahas itu sudah ditemukan.
“Pukul 12.30 WIT korban Trigana sudah secara lengkap ditemukan, berjumlah 54,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik kementerian Perhubungan JA Barata dalam keterangan tertulis yang diterima CNN Indonesia.
Seluruh jasad akan dibawa ke Jayapura untuk diidentifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara. Saat ini Tim SAR Gabungan tengah mencari cara terbaik untuk mengangkut jenazah-jenazah itu, apakah lewat jalur darat atau udara.
Sejauh ini tim cenderung memilih menerbangkan jenazah dengan helikopter untuk mempersingkat waktu tempuh. Lokasi pembuatan helipad masih dicari sebagai tempat pendaratan helikopter.
Setelah evakuasi jenazah usai, prioritas Tim SAR selanjutnya adalah menemukan kotak hitam untuk mengetahui kenapa dan bagaimana peristiwa kecelakaan terjadi. Pesawat diduga menabrak Pegunungan Bintang sebelum jatuh.
(pit)