Jakarta, CNN Indonesia -- Komandan Distrik Militer Jayawijaya Letnan Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menyatakan tim gabungan juga akan menggunakan jalur darat untuk mengevakuasi jenazah jatuhnya pesawat Trigana Air jenis ATR 42-300 di Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (16/8). Hal tersebut dilakukan karena kondisi cuaca buruk tak kunjung membaik hingga saat ini sehingga mempengaruhi rencana evakuasi melalui udara.
"Kami akan lakukan dari jalur darat. Kami akan gotong jenazah sejauh mungkin," kata Aidi kepada CNN Indonesia, Selasa (18/8). Sejauh ini menurutnya seluruh jenazah sudah berhasil ditemukan berjumlah 54 jenazah dan sudah berada di dalam kantong jenazah.
Aidi menjelaskan, selain karena buruknya cuaca, jalur darat dipilih agar jenazah dapat segera dipindahkan dari lokasi jatuh untuk proses keperluan proses identifikasi. (Baca juga:
Trigana Tegaskan Bertanggung Jawab soal Ganti Rugi)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hampir keseluruhan kondisi jenazah tidak bisa diidentifikasi, karena mereka terbakar," ujarnya.
Lebih lanjut, Aidi menuturkan, proses evakuasi jenazah melalui jalur darat akan memakan waktu lebih lama. Alasan tersebut karena para petugas evakuasi akan berhadapan dengan terjalnya lokasi menuju titik evakuasi dan kondisi cuaca yang terbilang ekstrim.
"Butuh waktu lebih lama, karena jarak lokasi jatuh sekitar 15 kilometer. Kondisinya naik turun jurang. Pasti kita butuh istirahat dan melawan cuaca yang berubah-ubah," ujarnya.
SIMAK FOKUS: Evakuasi Korban Trigana AirSelain itu, ia menjelaskan, helicopter landing pad (Helipad) urung dibuat di sekitar lokasi jatuhnya pesawat karena kondisi disekitar lokasi berupa pegunungan terjal. Namun, untuk mempercepat evakuasi, Tim Gabungan akan menggunakan teknik hoisting.
Proses evakuasi dengan hoisting yaitu kantung jenazah yang sudah berisi para korban akan dikaitkan dengan sling yang sudah terpasang di helikopter. Setelah dikaitkan, kantung-kantung jenazah tersebut kemudian ditarik ke atas untuk diterbangkan ke daerah terdekat atau yang bisa di jangkau.
"Lokasi jatuhnya pesawat itu gunung terjal, jadi tidak mungkin. Hoisting kita harap juga bisa dilakukan, soalnya cuaca disini masih mendung," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan menginformasikan seluruh jenazah penumpang dan kru pesawat Trigana Air jenis ATR 42-300 sudah ditemukan, Selasa (18/8). Pesawat itu hilang kontak sejak Minggu (16/8) di Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua.
“Pukul 12.30 WIT korban Trigana sudah secara lengkap ditemukan, berjumlah 54,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik kementerian Perhubungan JA Barata dalam keterangan tertulis yang diterima CNN Indonesia.
(Baca juga: Temukan Korban Trigana, Basarnas Butuh Alat Pendingin)Seluruh jasad akan dibawa ke Jayapura untuk diidentifikasi di Rumah Sakit Bhayangkara. Saat ini Tim SAR Gabungan tengah mencari cara terbaik untuk mengangkut jenazah-jenazah itu, apakah lewat jalur darat atau udara.
(sur)