Basarnas Tambah Personel Menjaga Jenazah Trigana Air

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Selasa, 18 Agu 2015 21:30 WIB
Saat ini ada 32 anggota gabungan yang akan menjaga 54 jenazah korban Trigana Air di Distrik Okbepe, Pegunungan Bintang, Papua.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsdya TNI FHB Soelistyo menyampaikan perkembangan hari ke-13 musibah pesawat AirAsia QZ8501 di kantor Basarnas, Jakarta, Jumat, 8 Januarai 2014. Basarnas akan berfokus pada pengankatan ekor pesawat dan pengidentifikasian pada objek no 9 di area pencarian. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FHB Soelistyo mengatakan sejumlah anggota Tim Gabungan evakusi melakukan penjagaan jenazah jatuhnya pesawat Trigana Air IL 257. Hal tersebut menyusul penundaan proses evakuasi yang dilakukan hari ini karena faktor cuaca dan medan yang ekstrim.

"Saat ini ada 32 anggota gabungan menjaga 54 jenazah yang berada di lokasi," ujar Soelistyo kepada CNN Indonesia, Selasa (18/8).

Soelistyo menjelaskan, 32 orang tersebut tediri dari 15 Tentara Nasional Indonesia, 10 personel Basarnas, lima masyarakat lokal, dan dua dari relawan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Soelistyo menuturkan, penjagaan tersebut untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang disebabkan faktor alam terhadap seluruh jenazah yang telah ditemukan.

Salain itu, penempatan sejumlah personel untuk mempersiapkan proses evakuasi besok pagi oleh tim gabungan.

Sebelumnya, Trigana Air Service membantah jatuhnya pesawat mereka di Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (16/8), terjadi karena kelalaian atau pelanggaran manajemen penerbangan.

Direktur Operasi Trigana Air, Beni Sumaryanto, menyatakan kecelakaan disebabkan oleh kondisi geografis Papua yang khas. “Kecelakaan kemarin terjadi karena area operasi (wilayah terbang) di pedalaman yang cuacanya berubah-ubah, serta terdiri dari pegunungan,” kata dia kepada CNN Indonesia, Selasa (18/8).

Kondisi cuaca di Pegunungan Bintang pun, ujar Beni, amat mudah berubah dan mempengaruhi jaringan komunikasi antara penerbang dengan bandara.

“Kami minim alat bantu navigasi komunikasi di Papua sehingga jangkauan komunikasi terbatas. Makanya kami selalu mengecek kondisi pilot dan pesawat sebelum penerbangan dilakukan," kata Beni. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER