Respons Teguran Jokowi, Rizal Ramli Bicara Via Adhie Massardi

Resty Armenia | CNN Indonesia
Rabu, 19 Agu 2015 15:13 WIB
Tak seperti biasanya, kali ini sang Menko Kemaritiman irit bicara. Dia titip bicara lewat temannya, Adhie M Massardi yang menyebarkan pesan tertulis.
Rizal Ramli membenahi peci sebelum dilantik Presiden Jokowi menjadi Menko Kemaritiman, Rabu (12/8). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Jokowi menegur Rizal Ramli atas kritik Menko Kemaritiman baru itu terhadap proyek pemerintah membangun pembangkit tenaga listrik 35 ribu megawatt. Jokowi menyatakan tugas menteri ialah mencari solusi agar seluruh program pemerintah berjalan baik. (Baca Jokowi Jawab Kritik Rizal Ramli: Tugas Menko Cari Solusi)

Menaggapi ucapan Jokowi itu, kali ini Rizal tak seperti biasanya. Ia irit bicara. Alih-alih menjawab dengan komentar pedas, Rizal meminta mereka yang meragukan kritiknya untuk membaca tulisan Adhie M Massardi, mantan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid yang sekarang menjabat Koordinator Gerakan Indonesia Bersih.

"Kalau solusi kan banyak. Ya kan? Baca paper-nya Adhie Massardi," ujar Rizal di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (19/9), sebelum menghadiri rapat kabinet paripurna.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Adhie menyebarkan tulisan melalui pesan singkat. Berikut isi lengkap tulisan Adhie:

"Kegaduhan di Kabinet Pasca Reshuffle"

Ada yang minta komen saya atas kegaduhan politik pasca reshuffle. Ini jawaban saya:

KALAU SAJA PAK JK NEGARAWAN

Kalau saja Pak Jusuf Kalla hadir sebgai negarawan, yang tindak-tanduknya hanya demi kemaslahatan rakyat, negara dan bangsa, dan tidak memiliki konflik kepentingan, tak akan muncul kegaduhan politik di level kabinet seperti sekarang.

Pak JK itu kan Wapres dan pejabat negara paling senior (sepuh) di republik ini. Sesuai usianya, seharusnya lebih bijak dalam menyikapi saran dan gagasan perbaikan pemerintahan, dari mana pun datangnya. Sehingga jadi teladan bagi anggota kabinet lainnya. Tidak malah menanggapinya secara emosional.

Pak JK seharusnya memelopori perubahan mental masyarakat yang apabila mendengar “gagasan yang benar” bukannya segera dilaksanakan, tapi mempersoalkan “siapa dan bagaimana cara menyampaikannya”. Padahal gagasan kebenaran tetaplah gagasan kebenaran, meskipun disampaikan Menko Kemaritiman dengan cara yang dianggap tidak lazim.

Presiden AS Franklin D Roosevelt tidak akan bisa mengakhiri Perang Dunia II kalau tidak merespons gagasan Albert Einstein, ilmuwan urakan rambut awut-awutan, yang disampaikan hanya lewat surat. Tapi sejarah mencatat, surat itu gagasan bikin bom atom yang kemudian dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebagai penutup PD II.

Bangsa Jepang yang feodalistik tidak akan semaju sekarang kalau tidak merespons gagasan Sakichi Toyoda, anak tukang kayu miskin, pendiri industri otomotif merek Toyota, pendorong Negeri Matahari Terbit menuju negara industri terkemuka di muka bumi.

Bahkan mungkin kita akan tetap hidup dalam kegelapan kalau tetap berkutat pada cara pandang “siapa dan bagaimana cara gagasan disampaikan”. Karena temuan lampu pijar dan kelistrikan dikembangkan Thomas Alva Edison, orang Amerika yang tuli itu.

Makanya, bangsa Indonesia harus segera mengubah mental itu. Menghormati “gagasan kebenaran”, dan bukan mempersoalkan siapa dan bagaimana cara gagasan itu dilontarkan.
 
Pak Jusuf Kalla bisa jadi pelopor perubahan mental itu. [Adhie M Massardi]

Sebelum Rizal Ramli ditegur Jokowi, dia telah lebih dulu ‘disemprot’ oleh Jusuf Kalla. JK meminta Rizal untuk hati-hati bicara dan mempelajari konteks dulu sebelum mengkritisi sesuatu.

“Sebagai menteri harus pelajari dulu sebelum berkomentar. Menteri harus banyak akalnya. Kalau kurang akal pasti tidak paham. Kalau mau, (pembangkit listrik) 50 ribu megawatt pun bisa dibuat," kata JK.

Namun menanggapi ucapan JK itu, Rizal justru menantang sang Wapres berdiskusi di depan umum. “Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum," ujar Rizal di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa kemarin (18/8).

Rizal menilai program pembangkit listrik 35 ribu megawatt terlalu ambisius. Apalagi masih ada pekerjaan rumah pembangunan proyek pembangkit listrik ribuan megawatt dari era Susilo Bambang Yudhoyono yang belum rampung.

Namun Jokowi menegaskan proyek itu akan tetap dilanjutkan dan tak bakal direvisi karena daya listrik adalah kunci berkembangnya industri di suatu daerah.

“Pembangunan listrik 35 ribu megawatt harus dilakukan agar listrik di daerah tidak mudah naik turun bahkan padam. Kalau tidak, ya setiap saya ke daerah listrik mati, byarpet semua. (Proyek) ini harus selesai. Sampai ke urusan pembebasan lahan di Batang, saya dan Wapres sampai turun tangan langsung," kata Jokowi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengamini ucapan Jokowi. “Lebih dari 70 tahun lalu, para pahlawan selalu katakan merdeka atau mati. Kalau kami (pemerintah) perlu menekankan, (bangun listrik) 35 ribu megawatt atau mati lampu,” kata Sudirman di Jakarta Convention Center, dalam forum yang juga dihadiri Jokowi. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER