Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Tri Wisaksana menilai pematokaan tarif parkir yang tinggi dengan menggunakan Terminal Parkir Elektronik (TPE) kurang efektif untuk mengurangi kemacetan di Jakarta.
Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pembayaran parkir meter secara mandiri. Padahal menurut politikus yang akrab disapa Sani ini, di kota besar seperti Jakarta, parkir seharusnya dapat menjadi salah satu instrumen manajemen lalu lintas.
"Itu juga jadi satu alat untuk meningkatkan pendapatan," kata Sani, kemarin di Jakarta.
(Lihat Juga: FOKUS Bercermin ke Jalanan Ibu Kota)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini terus melaksanakan beberapa program untuk mengungai kemacetan. Mulai dari menambah armad bus, pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), hingga parkir meter.
Parkir meter ini pun diupayakan untuk mengatasi kemacetan yang disebabkan parkir liar dan banyaknya masyarakat yang mengendarai kendaraan pribadinya. Penerapan tarif parkir yang mahal dipercaya dapat membuat masyarakat enggan untuk membawa kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan.
(Baca Juga: Upaya Pengembangan Bus TransJakarta Dinilai Amburadul)
Oleh sebab itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan tarif yang dikenakan pada kendaraan yang parkir menggunakan sistem progresif. Semakin ramai sebuah tempat dan semakin mendekati pusat kota, tarif parkir pun akan semakin mahal.
Sampai saat ini, pemasangan TPE masih sangat sedikit. TPE baru ada di Jalan Sabang dan di Jalan Boulevard Kelapa Gading. Ahok mengungkapkan saat ini pihaknya sedang melakukan lelang mesin TPE untuk segera diterapkan di jalan-jalan di DKI.
(sur)