Menanti Tak Ada Lagi Bentrok TNI dan Polri

Abraham Utama | CNN Indonesia
Selasa, 01 Sep 2015 09:27 WIB
Untuk mengatasi bentrok berulang tersebut, TNI dan Polri sepakat menggelar pendidikan bersama bagi para taruna mereka.
Ilustrasi bentrok TNI-Polri (CNN Indonesia/ Fajrian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keributan yang melibatkan oknum Tentara Nasional Indonesia dan oknum Polri di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Ahad (30/1) kemarin, bukanlah perseteruan pertama antara anggota dua lembaga tersebut.

Pada Juli lalu, setidaknya dua peristiwa serupa yang terjadi. Peristiwa pertama terjadi di Semarang, melibatkan oknum Satuan Brigade Mobil Detasemen A Pelopor Subden 2 Jawa Tengah dan oknum Penerbangan TNI Angkatan Darat. (Lihat Juga: Menko Luhut Sebut Bentrok TNI-Polri di Polman Tak Serius)

Perselisihan itu terjadi setelah ratusan personel Penerbang TNI AD mengepung Markas Satuan Brimob Polda Jawa Tengah Detasemen A Pelopor Subden 2 di Jalan Kumudasmoro Gisikdrono, Semarang Barat. Letusan senjata api terdengar dari lokasi kejadian. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Otoritas militer menyebut, alasan insiden tersebut sebenarnya hanyalah kesalahpahaman antara dua orang Penerbnga AD dan dua orang dari Brimob di sebuah mesin anjungan tunai mandiri.

Perselisihan kedua berlangsung tidak lama setelah kasus Semarang. Di Kabupaten Gowa, seorang anggota Kostrad Kariango, Prajurit Satu Aspin Mallobassang, tewas diserang sekelompok orang.

Kodam VII Wirabuana dan Polda Sulselbar membentuk tim khusus untuk mengungkap peristiwa pembunuhan yang diduga didalangi anggota kepolisian tersebut.

Setelah dilantik menjadi Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, menyebut berbagai kekisruhan itu sebenarnya dilakukan prajurit-prajurit pemula.

"Kalau dilihat dari beberapa kasus, itu dilakukan prajurit dua. Jadi, tentara-tentara yang baru masuk," ungkapnya di Markas Besar TNI, Cilangkap, 14 Juli lalu.

Ia lantas berjanji akan mengevaluasi sistem rekrutmen, pendidikan dan pascapendidikan para prajurit mudanya. "Kalau doktrin tidak ada masalah," ujarnya.

TNI dan Polri sebenarnya telah bersepakat untuk menggelar pendidikan bersama bagi para taruna mereka. Hal itu kembali disampaikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti usai rapat koordinasi di kantor Kemeko Polhukam, Jakarta.

"Pendidikannya di Akpol sana (Magelang). Ada program yang kami jadikan satu di sana. Pendidikan bersama tidak dilakukan setelah mereka lulus tapi di awal pendidikan di akademi. Ada pelajaran menembak atau bela diri," ucapnya kemarin.

Sebagaimana diketahui, sebelum 1999 pendidikan calon tentara dan polisi disatukan di bawah Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).

Sekolah tersebut mencakup Akademi AD di Magelang, Akademi AL di Surabaya, Akademi AU di Yogyakarta dan Akademi Kepolisian di Semarang.

Karena berasal dari satu akademi, anggota kepolisian dan prajurit TNI lulusan periode-periode itu memiliki hubungan cukup erat. Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Moeldoko misalnya, mengaku dapat bekerja sama dengan baik dengan mantan Kapolri Jenderal Sutarman.

Moeldoko beralasan, mereka merupakan teman satu angkatan, yakni angkatan 1981. Alhasil, potensi keributan yang melibatkan prajurit dan polisi pemula seperti di Gowa dan Semarang sangat kecil.

Secara khusus, Badrodin mengatakan akan membawa anggotanya yang terlibat kasus pembunuhan di Polewali Mandar ke meja hijau.

"Kan jelas orang-orangnya. Bisa siapa dicek yang melakukan penembakan. Kan gampang. Nanti akan kami proses hukum lalu diajukan ke pengadilan," tuturnya. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER