Kapolri Sebut Ada WNA Gabung Kelompok Teroris di Poso

Resty Armenia | CNN Indonesia
Selasa, 25 Agu 2015 08:30 WIB
Jenderal Badrodin Haiti juga menyebut adanya warga Indonesia yang berperan sebagai donatur dan mendukung finansial kelompok Santoso.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (17/8). (CNN Indonesia/Resty Armenia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menyebut ada warga negara asing (WNA) yang bergabung dengan kelompok teroris Santoso yang berbasis di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

"Mereka kan termasuk pengikut ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah), diperkirakan ada warga negara asing yang ikut bergabung ke sana (kelompok teroris Santoso)," ujar Badrodin di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, kemarin.

Badrodin juga membenarkan adanya warga Indonesia yang berperan sebagai donatur dan mendukung finansial kelompok tersebut dengan sukarela. Meski demikian, pihaknya mengaku belum dapat mendeteksi kemungkinan adanya pendanaan yang datang dari ISIS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga membuka kemungkinan terkaitnya kelompok Santoso dengan bom yang meledak di Bangkok, Thailand, beberapa saat lalu. Dia mengaku tengah mempelajari kemungkinan-kemungkinan tersebut, namun belum dapat menyampaikan ke publik jika belum ada bukti yang menguatkan.

"Cuma kemungkinan-kemungkinan itu dari kelompok ISIS bisa terjadi, kalau dari kelompok lokal itu bisa saja terjadi, tetapi mungkin itu tidak signifikan," katanya.

Atas dugaan tersebut, Badrodin menyampaikan, pihak kepolisian telah menambah kekuatan di Poso dan memanfaatkan waktu musim kemarau untuk bisa melakukan operasi hingga dua bulan ke depan. Menurutnya, jika tidak dilakukan pengejaran secara intensif dikhawatirkan kelompok Santoso akan terus berkembang.

Meski begitu, Badrodin mengakui ada beberapa kesulitan yang dihadapi personelnya saat melakukan pengejaran di lapangan. Salah satunya adalah medan hutan yang menjadi tempat persembunyian kelompok tersebut. Dia mengatakan, minimnya alat komunikasi membuat sulit melakukan penjejakan.

"Mau cari info pada orang, siapa orang di sana? Karena tidak mudah di situ, medan yang cukup luas, bentangannya sampai 60 kilometer," ujarnya. (meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER