Jakarta, CNN Indonesia -- Komisaris Jenderal Anang Iskandar resmi ditunjuk menjadi Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri. Ia bertukar posisi dengan Komisaris Jenderal Budi Waseso yang ditugaskan menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).
Pertukaran jabatan ini tertuang dalam Surat Telegram Kapolri Nomor St/1847/IX/2015 tanggal 3 September 2015.
Nama Anang mulai dikenal saat ia menjabat sebagai Kepala Divisi Humas Polri pada tahun 2012. Sebelumnya, jenderal bintang tiga ini menjabat Kapolda Jambi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun karier cemerlangnya di kepolisian tidak didapat secara mudah.
Dalam
blog pribadinya, Anang menuangkan perjalanan hidupnya sejak masa kecil di Mojokerto hingga menjadi Kepala BNN.
"Perkenalkan saya Anang Iskandar lahir di Mojokerto, pada tanggal 18 Mei 1958 tepatnya di Jalan Empu Nala Nomor 351, Kelurahan Kedundung, Kecamatan Kota, Mojokerto," tulis Anang mengawali perkenalan dirinya.
Anang merupakan anak dari pasangan Suyitno Kamari Jaya dan Raunah. Ayahnya adalah seorang tukang cukur, profesi yang menurutnya adalah seniman.
Seni mencukur ini kemudian yang terwariskan Suyitno kepada Anang. "Ketika saya kelas 4 SD sudah mulai dikenalkan alat-alat potong rambut dan pertama kali saya mencukur," katanya. (Baca juga:
DPR Sayangkan Isu Pencopotan Budi Waseso)
Meski belum pernah latihan sebelumnya, kelas 4 SD Anang sudah bisa mencukur rambut temannya. Sejak saat itu ia mengaku ketagihan mencukur.
Hobi mencukur ini akhirnya menjadi kerjaan sambilan Anang saat ia duduk di bangku SMA TNH Mojokerto. Pelanggannya adalah anak-anak sekolah dasar.
Selain seni memangkas rambut, Anang juga punya hobi fotografi dan melukis. Tak menyangka bakal jadi polisi, keahlian mencukur rambut, fotografi dan melukis ini dipersiapkan Anang untuk mencari uang setelah lulus SMA.
"Dalam suatu pembicaraan dengan ayah saya, Bapak menjelaskan secara gamblang bahwa beliau tidak mampu menyekolahkan saya ke perguruan tinggi, dan hanya sanggup menyekolahkan saya sampai dengan lulus SMA," kata Anang.
Ia yakin bisa mencari uang dari mencukur rambut, melukis atau memotret untuk membiayai kuliah.
SIMAK FOKUS:
Gaduh Seputar Budi WasesoLepas kuliah, Anang pun ikut seleksi perguran tinggi. Ia mendaftar di Fakultas Peternakan untuk mendukung cita-cita sederhananya saat itu, menjadi lurah.
Selain tes perguruan tinggi, Anang juga ikut seleksi masuk Akabri. Saat itu Akademi Kepolisian masih dibawah Akabri. Anang sendiri pernah beranggapan bahwa yang lolos masuk Akabri hanya anak jenderal atau pejabat kaya.
"Sedangkan saya hanyalah anak tukang cukur di bawah pohon asem," katanya. (Baca juga:
JK Akui Sempat Kontak Budi Waseso soal Penggeledahan Pelindo)
Namun hasil seleksi berbicara lain, Anang dinyatakan lulus di antara 203 orang.
Di Akademi Kepolisian, keahlian seni mencukur Anang berguna. Di saat taruna Akpol lain mendapat "pembinaan" dari para senior, Anang malah dipanggil untuk mencukur rambut.
Anang lulus Akpol tahun 1982. Tugas pertamanya di Polda Bali. Sempat menjalani pendidikan reserse selama empat bulan di Ciputat, Anang kembali ke Bali. Kali ini ia dipercaya menjadi Kapolsek Denpasar Selatan.
Selanjutnya, Anang sering bertugas di Pulau Dewata. Dari mulai menjadi Kapolsek Kuta, hingga Komandan KP3 Bandara Ngurah Rai.
Setelah menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Anang kemudian sering betugas di wilayah Polda Metro Jaya, daro mulai Kepala Satuan Reserse Polres Tangerang hingga Kapolsek Taman Sari. Ia juga pernah menjadi Kapolres Jakarta Timur.
Pangkat jenderal didapatnya saat ia menjadi Kepala Pusat Pencegahan BNN sebelum dipercaya menjadi Kapolda Jambi. Delapan bulan lamanya Anang memimpin kepolisian Jambi sebelum akhirnya dipanggil lagi ke Mabes Polri.
Kali ini ia diminta menjadi Kepala Divisi Humas menggantikan Saud Usman Nasution. Tapi tak lama Anang menjadi juru bicara Polri. "Menjadi Kadiv Humas ini merupakan tugas yang paling sukses, karena saya laksanakan paling singkat yaitu dua bulan," katanya. (Baca juga:
Kapolri Akui Adanya Persiapan Mutasi Perwira Tinggi)
Ia kemudian dipercaya menjadi Gubernur Akpol menggantikan Djoko Susilo yang saat itu menjadi tersangka kasus korupsi.
Di Akpol, Anang juga bertugas singkat hanya sekitar tiga bulan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuknya menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional.
Sebelumnya di BNN Anang pernah menjadi Kepala Pusat Pencegahan dan Direktur Advokasi Deputi Pencegahan BNN.
Setelah dua tahun lebih memimpin BNN, doktor ilmu hukum Universitas Trisakti ini kembali dipanggil ke korpsnya di Trunojoyo sebagai Kabareskrim.
(sur)