Jalan Senyap, Strategi Anang Iskandar Pimpin Bareskrim Polri

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Minggu, 06 Sep 2015 12:59 WIB
Anang Iskandar menyebut dia akan membongkar seluruh kasus dan mengeksposenya ke media jika sudah tuntas agar tak menimbulkan kegaduhan.
Kabareskrim yang baru Komjen Anang Iskandar. Dia menyebut akan ekspose ke media jika keseluruhan kasus telah terbongkar. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Komjen Anang Iskandar, pengganti Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komjen Budi Waseso, memiliki strategi sendiri untuk menjadi pemimpin. Tak seperti pendahulunya, Anang akan meniti jalan senyap yang jauh dari gegap gempita sorotan kamera awak media dan jepretan para juru foto.

Pria asal Mojokerto, Jawa Timur, ini tak mau kinerjanya diumbar. Ia memilih untuk menunggu hingga kasus terbongkar seluruhnya, baru diungkap ke media. Cara demikian, diyakini tak akan membuat kegaduhan penegakan hukum.

Anang akan berhati-hati menangani tiap kasus yang diyakini memiliki rona warna berbeda. Kasus kecil, menurutnya, dapat menjadi besar ketika digemborkan dan disorot publik. Misanya, kasus dokumen palsu yang menjerat Pimpinan nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad. Begitu juga sebaliknya, kasus besar dapat diredam jika dijalankan dengan diam-diam. (Baca juga: Anang Iskandar Dekati Anak Buah dengan Makan Bersama)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak semata-mata berapa banyak menangkap orang dan memasukkan orang ke penjara. Tapi kalau menimbulkan kegaduhan, apa artinya?" kata Anang dalam diskusi bertajuk "Penegakkan Hukum Tanpa Kegaduhan" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.

Menurutnya, filosofi seorang polisi menempatkan penegakan hukum adalah upaya terakhir. Upaya yang perlu didorong adalah pencegahan. Kalau pencegahan sudah dilakukan, maka penyidik pun dapat bergerilya menindak oknum pelanggar pidana.

"Itu adalah 'prevention before punishment'. Bagaimana mencegah sebelum terjadi kerusakan yang lebih besar. Penegakkan hukum bisa terlaksana dengan baik dan masyarakat tetap tertib berjalan," ujarnya. 

Ia pun mengibaratkan strategi tersebut dengan istilah "menangkap ikan tanpa memperkeruh air di bawahnya". (Baca juga: Anang: Kepemimpinan Andalan Saya Gaya Menangkap Ikan)

Strategi itulah yang diterapkan saat dirinya menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Ia berhasil membongkar penyelundupan 40 karung sabu seberat 800 kg. BNN mengamankan sembilan orang pelaku penyelundup sabu yang bergerak di bawah jaringan Wang Cing Ping.

Sindikat Wang Cing Ping sudah terpantau berkali-kali berusaha untuk menyelundupkan narkotik ke Indonesia sejak 2012. Namun, mereka selalu gagal karena mengalami kendala di lautan.

Baru kali ini jaringan asal Hong Kong itu berhasil masuk ke wilayah Indonesia. Sabu itu diselundupkan dari Hong Kong ke Indonesia melalui jalur laut dan rencananya akan disebarkan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Pemimpin Seimbang

Anang menjelaskan, dirinya berusaha menjadi pemimpin yang seimbang. Caranya, mencerdaskan masyarakat soal hukum sekaligus menindak kejahatan kriminal.

"Itu adalah seni dan pengalaman. Pemahaman masyarakat tentang hukum harus disampaikan. Jadi kalau ada penegakan hukum, bisa berjalan," katanya.

Sebagai seorang polisi, ia tak serta-merta dapat menyamaratakan penindakan hukum. Tiap kasus perlu dilihat seberapa besar gaungnya dan siapa aktornya. Sebagai pimpinan Bareskrim, ia akan menerapkan konsep tersebut ke anak buahnya. (Baca juga: Komjen Budi Waseso: Ada Tiga Kelompok di Bareskrim (4))

"Polisi harus bisa jadi teladan untuk sendiri dan anak buahnya. Di dalamnya, ada team building. Kemampuannya juga harus bisa," ujarnya.

Anggota DPR Fraksi Golkar Bambang Soesatyo menilai perbedaan Budi Waseso alias Buwas dan penerusnya ini terletak pada kebiasaan mereka mengumbar informasi. Menurutnya, Budi telah melakukan apa yang diminta oleh Komisi III DPR.

"Apa yang dilakukan Buwas sekarang ini mungkin mendengar saran Komisi III. Kenapa KPK demikian luar biasa hebatnya dan jadi trend center? Selama ini polisi diam-diam menyelesaikan kasus besar. Buwas mungkin meniru cara kerja KPK," kata Bambang dalam diskusi yang sama. (Baca juga: Komisaris Jenderal Budi Waseso: Saya Tidak Buas (1))

Terkait strategi, Bambang tak berkomentar banyak. Ia pun menghormatj sikap Anang dengan strategi barunya menindak pidana umum dan khusus di Korps Trunojoyo.

Lebih jauh, ia dan timnya juga tak mempersoalkan mutasi jabatan kedua orang tersebut. Ia hanya berpesan kepada Anang untuk tak loyo memberantas kasus korupsi.

"Kami yakin Pak Anang bawa Bareskrim jadi ujung tombak Kepolisian. Lemah tidaknya polisi dari Bareskrim," ucapnya.

Sementara itu, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional M Nasser menilai cara Buwas tak sebaik strategi Anang yang akan diterapkan kelak. Nasser tak sepakat apabila ada seorang tersangka kasus tertentu dan digemborkan ke media.

Nasser juga mengkritik cara Bareskrim yang mengajak awak media saat proses penangkapan dan penggerebekan. "Ini memang memenuhi hak publik untuk tahu tapi jangan berlebihan," katanya.

Nasser mencontohkan saat polisi mengajak media dalam menggeledah kantor Pelindo II yag berujung kepada kegaduhan politik dan ekonomi. "RJ Lino (Direktur PT Pelindo II) merasa dihukum dengan media. Kita sarankan, jangan seperti itu," ujarnya.

Dari masukan dua orang tersebut, Anang pun berjanji akan semakismal mungkin memimpin Bareskrim dan menindak 67 kasus yang diwariskan Budi Waseso kepadanya. Pekan depan, tantangan dan janji itu akan mulai dilakukannya

(hel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER