Jakarta, CNN Indonesia -- Fraksi Partai Golkar DPR belum memutuskan sikap resmi terkait pertemuan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, yakni Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dengan Donald Trump di Plaza Trump, Manhattan, New York, Amerika Serikat. Pertemuan itu berlangsung Kamis pekan lalu, sehari usai delegasi DPR mengikuti
4th World Conference of Speakers of Inter-Parliamentary Union, 31 Agustus-2 September.
Meski demikian, Sekretaris Fraksi Golkar Bambang Soesatyo atas nama fraksi mengakui langkah pimpinan DPR itu kurang pas. “Harus diakui kunjungan ke salah satu bakal calon Presiden AS tersebut kurang elok,” kata dia dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Selasa (8/9).
Lebih disesalkan lagi, ujar Bambang, profil Trump di mata masyarakat Indonesia kurang positif. (Baca juga:
Setya Novanto-Fadli Zon Diberondong Tujuh Petisi Masyarakat)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fraksi Golkar saat ini belum mengeluarkan sikap final lantaran masih menunggu penjelasan dari anggota mereka yang bertemu Trump, termasuk Setya Novanto. (Baca
Setya Novanto: Kehadiran di Jumpa Pers Trump Tak Langgar Etik)
Meski demikian, Fraksi Golkar tak mendukung pelaporan pimpinan DPR ke Mahkamah Kehormatan Dewan, namun tak juga berusaha menghalang-halangi anggota DPR lain yang melakukan pelaporan ke MKD.
Kemarin, ada tujuh anggota DPR yang melaporkan Setya Novanto dan Fadli Zon ke MKD atas dugaan pelanggaran etik. Mereka ialah Charles Honoris, Budiman Sudjatmiko, Adian Napitupulu, dan Diah Pitaloka dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan; Maman Imanulhaq dari Partai Kebangkitan Bangsa; Amir Uskara dari Partai Persatuan Pembangunan; dan Akbar Faizal dari Partai NasDem.
Fraksi Golkar saat ini menyerahkan soal pertemuan pimpinan DPR dan Trump itu kepada mekanisme, kebijakan, pertimbangan, dan keputusan MKD. Walau begitu, Golkar berharap seandainya sanksi dijatuhkan, maksimal hanya berupa teguran lisan.
Golkar yang merupakan fraksi terbesar kedua di DPR juga meminta Setya Novanto dimaklumi. “Maklumlah para pimpinan DPR itu belum setahun menjabat. Mungkin masih mencari bentuk dan format. Jadi kalau ada salah-salah kata atau salah langkah, dengan segala kerendahan hati mohon dimaafkan,” ujar Bambang.
Sebelumnya, Nurul Arifin selaku Staf Khusus Ketua DPR menyatakan rombongan Setya bertemu untuk bersilaturahmi, memperkuat jaringan, dan memperkuat investasi Trump di Indonesia.
Kunjungan rombongan DPR ke AS menjadi sorotan di tanah air ketika sebagian dari delegasi hadir dalam konferensi pers Donald Trump yang terlihat mirip kampanye. Pada akhir jumpa pers, Setya Novanto diperkenalkan oleh Trump ke hadirin.
“Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto. Salah atu orang yang paling berpengaruh (di Indonesia), dan dia ke sini untuk bertemu dengan saya,” kata Trump dalam rekaman video yang beredar di YouTube.
Trump lantas melanjutkan ucapannya sambil berbicara kepada Setya, “Kami akan melakukan hal yang luar biasa untuk AS, benar kan?”
Dia juga bertanya kepada Setnov apakah warga Indonesia menyukainya, yang kemudian dijawab sang Ketua DPR dengan ucapan, “Ya, sangat.”
Fadli Zon mengatakan diperkenalkannya Setya oleh Trump pada akhir konferensi pers merupakan tindakan spontan dan improvisasi Trump selaku tuan rumah, bukan berarti Ketua DPR mendukung Trump selaku bakal kandidat Presiden AS.
(agk)