Marzuki Alie: Setya Salah, Tapi Tak Perlu Dilengserkan

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2015 14:13 WIB
Mantan Ketua DPR Marzuki Alie meminta semua pihak, termasuk anggota DPR yang saat ini menjabat, untuk tak bikin gaduh hanya karena ulah Setya Novanto.
Ketua DPR Setya Novanto saat diperkenalkan Donald Trump di akhir jumpa persnya di Manhattan, New York, Kamis (3/9). (REUTERS/Lucas Jackson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie meminta semua pihak, termasuk anggota DPR saat ini, menyikapi pertemuan Ketua DPR Setya Novanto dan Donald Trump dengan bijak. Ia mengingatkan agar parlemen tak gaduh di tengah buruknya situasi ekonomi nasional.

“Menurut saya Setya memang salah, tapi itu bisa diselesaikan secara arif. Kurang pas bertemu Trump yang menjadi bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik. Tapi jangan sampai gara-gara itu parlemen jadi gaduh, apalagi hendak melengserkan (Setya),” kata Marzuki kepada CNN Indonesia, Selasa (8/9).

Menurut politikus Partai Demokrat itu, cukup Mahkamah Kehormatan Dewan yang memberikan teguran kepada Setya. Pihak lain, termasuk kubu yang berkoalisi, tak perlu mencari bola-bola liar untuk dipukul.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jika sampai ada niat melengserkan Ketua DPR, itu gaduh sekali. Hiruk-pikuk. Koalisi apapun sekarang jangan pikirkan kepentingan kursi di legislatif. Bersatu saja. Persoalan bangsa sedang banyak sekali dan ekonomi stuck,” ujar Marzuki yang kini berkonsentrasi di dunia usaha.

Di saat perekonomian tak tumbuh, konsumsi masyarakat turun, dan pengangguran meningkat seperti saat ini, kata Marzuki, sebaiknya keributan soal Setya Novanto dan Trump tak menambah panjang daftar permasalahan.

Pertemuan antara legislator dan pengusaha dalam kunjungan ke luar negeri, di mata Marzuki sesungguhnya tak efektif, sebab pemegang keputusan ialah eksekutif, bukan legislatif. Marzuki melontarkan komentar itu terkait pertemuan Setya dan Trump yang membicarakan soal ekonomi dan investasi sang pengusaha AS itu di Indonesia.

Dual diplomacy, yakni diplomasi eksekutif dan legislatif, sah-sah saja. Tapi kuncinya ada di eksekutif. Di mana-mana, pengusaha pasti bertemu eksekutif. Tak pernah ada legislatif mengumpulkan pengusaha untuk menarik investasi,” kata Marzuki.

“Jadi kalau mau menarik pengusaha (ke Indonesia), ajak pemerintahnya sekalian. Jadi pemerintah mengerti apa keinginan DPR,” ujar Marzuki.

Sebelumnya, Nurul Arifin selaku Staf Khusus Ketua DPR menyatakan rombongan Setya bertemu Trump di lantai 26 Plaza Trump, Manhattan, New York, dalam rangka silaturahmi, memperkuat jaringan, dan memperkuat investasi Trump di Indonesia.

Sementara Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyebut pertemuan pejabat dan pengusaha negara sahabat dalam suatu kunjungan ke luar negeri adalah hal lumrah.

"Pak Setya Novanto jangan difitnah, kasihan. (Pejabat) bertemu pengusaha di luar negeri itu biasa. Malah munafik kalau ada yang bilang pergi ke luar negeri tidak bertemu pengusaha," kata Fahri di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.

Fahri juga meminta persoalan Setya dan Trump itu tak dibawa-bawa ke kocok ulang kursi pimpinan DPR. “Negeri dilanda krisis negini malah ngomong politik. Siapa yang mau ambil kursi saya, silakan ambil saja. Jijik saya ngomong soal kursi politik,” kata dia.

“Jadi buat yang mau ambil kursi (pimpinan DPR), saya buka pintu. Mumpung Pak Novanto dan Pak Fadli tak ada, ambil saja. Memalukan,” ujar Fahri.

Kunjungan rombongan DPR ke AS menjadi sorotan di tanah air ketika sebagian dari delegasi hadir dalam konferensi pers Donald Trump yang terlihat mirip kampanye. Pada akhir jumpa pers, Setya Novanto diperkenalkan oleh Trump ke hadirin.

“Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto. Salah satu orang yang paling berpengaruh (di Indonesia), dan dia ke sini untuk bertemu dengan saya,” kata Trump dalam rekaman video yang beredar di YouTube.

Trump lantas melanjutkan ucapannya sambil berbicara kepada Setya, “Kami akan melakukan hal yang luar biasa untuk AS, benar kan?”

Dia juga bertanya kepada Setnov apakah warga Indonesia menyukainya, yang kemudian dijawab sang Ketua DPR dengan ucapan, “Ya, sangat.”

Fadli Zon mengatakan diperkenalkannya Setya oleh Trump pada akhir konferensi pers merupakan tindakan spontan dan improvisasi Trump selaku tuan rumah, bukan berarti Ketua DPR mendukung Trump selaku bakal kandidat Presiden AS. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER