Jangan Ragu Tanya Soal Bunuh Diri ke Orang Depresi

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Senin, 14 Sep 2015 05:07 WIB
Menurut Albert Maramis dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia, berbicara bisa membantu melepas semua beban yang bertumpu di seseorang.
Ilustrasi bunuh diri. (Thinkstock/FelixRenaud)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 800 ribu orang tewas tiap tahunnya karena bunuh diri. Untuk mencegah meningkatnya angka bunuh diri, masyarakat diimbau bertanya terus-terang kepada orang yang mengalami depresi apakah ia punya niat untuk bunuh diri. (Baca: Ciri-ciri Orang Depresi yang Bisa Bunuh Diri)

“Kalau memang terlihat ada tanda-tanda bunuh diri pada seseorang, tanyakan saja apakah dia memang ada niat bunuh diri atau tidak. Tidak apa-apa,” kata Benny Prawira dari Into The Light, komunitas yang berupaya mencegah kasus bunuh diri dengan menguatkan mental orang-orang yang berniat ataupun pernah mencoba bunuh diri.

Albert Maramis dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia meminta masyarakat tak ragu dan takut untuk membicarakan topik bunuh diri. Bicara soal bunuh diri justru dianggap dapat membantu orang yang depresi untuk melepas semua beban yang bertumpu padanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Banyak orang yang tidak bisa menanggapi suatu masalah yang bersifat emosional. Coba kalau ada teman Anda datang menangis di depan Anda, apa yang akan Anda lakukan?” kata Albert.

Menurut Albert, sebagian besar orang akan mencoba mendiamkan temannya dan mengajak sang teman untuk melupakan permasalahan itu sementara waktu. Sementara sebagian lainnya akan berusaha mengalihkan perhatian temannya dengan mengajak makan atau bahkan merokok.

“Tentu ada alasan mengapa teman Anda sampai menangis di hadapan Anda. Jangan hanya karena Anda tidak nyaman, lalu Anda membiarkan kejadian tersebut,” kata Albert.

Menurutnya, sebagai teman yang baik, seharusnya sikap yang dilakukan adalah memberikan dukungan dan mau mendengarkan keluh kesah teman yang bermasalah tersebut. Bila sang teman jujur dan mengungkapkan niatnya bunuh diri, Albert menilai reaksi yang harus ditunjukkan adalah tetap tenang.

“Jangan langsung terkejut karena si teman yang bermasalah nanti akan terkejut juga. Bunuh diri itu bukan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan,” kata Albert.

Bila tekanan atau depresi tidak berkurang setelah ada sesi curhat, Albert menyarankan agar para ahli dilibatkan. “Kalau memang Anda tidak bisa mengurangi keinginan bunuh diri teman Anda, langsung alihkan masalah tersebut ke para ahli,” katanya.

Sementara Direktur Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Eka Viora mengatakan bahwa bunuh diri bisa dicegah. Ada berbagai faktor risiko bunuh diri yang bisa dikenal.

Beberapa faktor misalnya kehilangan pekerjaan, putus asa, mempunyai riwayat bunuh diri sebelumnya, menunjukkan penurunan minat dalam hobi, sering mengeluh bosan, kehilangan anggota keluarga, korban kekerasan, serta menderita penyakit kronis.

Sementara itu, beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap orang yang berniat bunuh diri, yaitu mendengarkan keluh kesah mereka, berikan harapan dan optimisme, ajak mereka berekreasi, mendampingi dan memberikan perhatian serta kasih sayang.

Data terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa setiap 40 detik, ada satu orang yang meninggal karena bunuh diri. Rasionya yaitu 11,4 per 100 ribu populasi. Sementara, di Indonesia (berdasarkan data WHO tahun 2012), angka bunuh diri mencapai 4,3 per 100 ribu populasi.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015, bunuh diri di banyak negara merupakan penyebab kematian nomor dua untuk penduduk kelompok usia 15 hingga 29 tahun. Setiap tahun tercatat ada 800 ribu orang meninggal karena bunuh diri. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER