Jakarta, CNN Indonesia -- Staf Khusus Presiden Lenis Kagoya mengaku tidak mengetahui perkembangan terakhir mengenai rencana pembebasan dua warna negara Indonesia yang disandera Organisasi Papua Merdeka di Papua Nugini. Ia mengatakan belum dapat memberikan komentar karena belum mengkonfirmasi hal tersebut langsung ke lapangan.
"Laporan dari masyarakat daerah belum naik ke saya. Saya belum bisa berkomentar," ucap Lenis yang juga Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua di Kantor Staf Khusus Kepresidenan, Jakarta, Selasa (15/9).
Padahal sebelumnya, Tentara Nasional Indonesia sudah bersiap menyiagakan pasukan dari berbagai kesatuan, mulai dari Kopassus, Paskhas, Denjaka dan Denbravo, untuk melakukan operasi pembebasan Sudirman (28) dan Badar (20).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Endang Sodik mengatakan mereka siap membebaskan Sudirman dan Badar karena telah mengantongi izin dari pemerintah Papua Nugini.
Endang mengatakan pihaknya terus melakukan cara-cara persuasif dan negosiasi demi menghindari jatuhnya korban. Ia mengatakan kelompok penyandera yang terdiri dari empat orang ini memberikan batas negosiasi hingga pukul 12. 00 setempat.
Meski sudah lewat, Endang mengatakan mereka menghormati tentara Papua Nugini dengan melihat perkembangan di lapangan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah tetap mengedepankan komunikasi dan negosiasi agar Sudirman dan Badar dilepaskan.
Ia mengatakan tidak ada pertukaran antara Sudirman dan Badar dengan dengan rekan Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kelompok Jeffrey yang ditahan atas perkara ganja dan narkoba. Hingga kemarin malam, Luhut pun mengaku tidak ada pembicaraan mengenai tebusan untuk Sudirman dan Badar.
(hel)