Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Daerah Papua Barat hingga kini masih terus melakukan penyelidikan terkait pembunuhan sadis yang terjadi di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Namun belum ada petunjuk soal pembunuhan sadis tersebut.
Ada lima orang yang dimintai keterangan sebagai saksi karena diduga berkaitan dengan tempat kejadian perkara. Berdasarkan kesaksian, mereka menegaskan tidak kenal dengan korban yang berinisial FDS, DH, dan AH.
"Sampai saat ini belum ada petunjuk yang mengatakan kelima saksi ini kenal dengan korban, ini baru pengakuan dari saksi dan dikuatkan kesaksian suami korban," ujar Royke saat dihubungi, Jumat (18/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara berdasarkan visum awal yang dilakukan kepolisian, para korban diduga dibunuh menggunakan benda tajam atau spesifiknya adalah golok. Khusus untuk FDS, yang merupakan ibu dari DH dan AH, belum bisa dipastikan apakah ada tanda-tanda kekerasan seksual.
Royke mengungkapkan, memang ada bukti luka akibat benda tajam di sekitar kemaluan FDS.
(Baca:
TNI Benarkan Satu Personel Diamankan Terkait Pembunuhan Sadis)
Terkait motif, Royke hanya menegaskan bahwa itu bukanlah aksi perampokan. "Motif baru bisa jelas jika tersangka sudah ketahuan, yang pasti bukan perampokan," katanya.
Kelima saksi yang diperiksa dan disebut terkait dengan tempat kejadian perkara, pada saat malam sebelum pembunuhan, teridentifikasi sedang minum-minum di ujung bandara dekat kediaman FDS. Salah satu dari lima orang tersebut ada yang merupakan anggota TNI.
Saat dikonfirmasi ke Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wuryanto membenarkan telah mengamankan satu terduga pelaku berinial SJ yang merupakan anggota dari Batlyon 752 Teluk Bintuni.
Penangkapan tersebut terkait dengan peristiwa pembantaian keluarga warga sipil bernama Yulius Hermanto yang terjadi di Papua Barat.
"Iya benar bahwa kami telah mengamankan seorang anggota dari Angkatan Darat berinisial SJ berpangkat Prajurit Dua yang bertugas di Balatyon 752 Papua. Sampai saat ini masih dalam pemeriksaan dan ditahan di Detasemen POM." ujar Wuryanto kepada CNN Indonesia, Jumat (18/9).
Kejadian pembunuhan sadis terjadi pada 25 Agustus 2015 saat FDS beserta kedua anaknya sedang berada di rumah. Sementara sang suami, Yulius Hermanto yang bekerja sebagai kepala sekolah, pergi pukul 06.30 WIT untuk memgantar perwakilan guru yang berkunjung ke sekolahnya.
Saat Yulius pergi, pembunuhan terjadi. FDS dibunuh dengan sadis diduga menggunakan senjata tajam. Sementara kedua anaknya dibunuh lantaran melihat kejadian pembunuhan ibunya.
Kedua korban, menurut Royke, baru ditemukan meninggal dua hari setelah pembunuhan, yaitu pada 27 Agustus. Yulius yang melihat keadaan istri dan anaknya sudah tewas mengenaskan hingga kini masih terganggu pikirannya.
Saat ditanya, Yulius mengaku tidak kenal dengan terduga pelaku.