Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana menegaskan bencana kebakaran lahan/hutan serta bencana kabut asap belum bisa disebut sebagai bencana nasional. Bahkan, mereka berani mengatakan bahwa bencana saat ini masih bisa ditangani dengan baik.
Kepala BNPB Willem Rampangilei mengungkapkan pemerintah dianggap kewalahan lantaran banyak daerah yang mengalami kebakaran lahan/hutan. Namun dia menegaskan semua masih aman terkendali.
"Masa lalu kan hanya terjadi di Riau, sedangkan tahun ini terjadi di enam provinsi maka penanganannya pasti berbeda. Apakah terkendal? Tentu saja iya," kata Willem saat ditemui di kantor BNPB, Kamis (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Willem saat ini memang kebakaran masih ada yang terjadi di kawasan Sumatera Selatan dan Jambi, terutama di perbatasan kedua provinsi tersebut. Faktor angin pun membuat kabut asap yang muncul di Sumatera Selatan menyebar ke daerah lain.
"Sebaran asap itu ada di Sumatera, Kalimantan, dan juga Selat Malaka. Namun kita tidak kewalahan, perkembangan selalu ada," katanya.
Sementara untuk penetapan suatu bencana menjadi bencana nasional, Willem mengungkapkan itu tidak bisa dilakukan begitu saja. Harus ada tahapan yang dilalui sesuai dengan yang dijelaskan dalan aturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 7 UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa untuk mendapat kategori bencana nasional yang harus dipikirkan adalah jumlah korbannya, besar kerusakannya, hingga kerugian yang diderita.
Selain itu, perlu ada Peraturan Pemerintah yang berfungsi untuk menetapkan status bencana.
"Apakah dengan menetapkan menjadi bencana nasional akan mempercepat penanganan kebakaran? Tidak kan," kata Willem.
"Sekarang kita sudah kerahkan sumber daya nasional, jadi meski tidak jadi bencana nasional tapi kita sudah mengerahkan sumber daya nasional."
Dengan ketegasan bahwa pemerintah masih bisa mengatasi permasalahan kebakaran, BNPB pun mengatakan bahwa mereka belum membutuhkan bantuan dari pemerintah tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Meski begitu, Willem mengatakan bahwa dirinya berterima kasih atas bantuan yang ditawarkan oleh Singapura. "Indonesia welcome, tapi sampai saat ini semua masih dalam kendali," katanya.
"Itu bisa dilihat dari kemajuan kita berhasil memadamkan api."
Dia pun mengingatkan pada pemerintah Singapura bahwa yang mendapat dampak terbesar akibat kabut asap adalah Indonesia, bukanlah Singapura. Maka dari itu Indonesia pasti tidak main-main dalam hal menyelesaikan permasalahan kebakaran lahan/hutan tahun ini.
(pit)