Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham "Lulung" Lunggana mengklaim merasa telah diuntungkan dalam kasus dugaan korupsi pengadaan paket alat
uninterruptible power supply (UPS) atau alat catu daya listrik dalam APBD-P 2014 Provinsi DKI Jakarta. Pasalnya, sejauh ini dia tak terbukti tersangkut kasus yang sempat membuatnya menjadi bahan olok-olokan publik. Dengan demikian, Lulung merasa kredibilitasnya sebagai pejabat publik masih bisa dipertaruhkan.
"Soal UPS ini saya telah diuntungkan. Saya tinggal menunggu rilis dari pihak kepolisian untuk mengungkap hasil final penyidikan. Dan saya harus membuktikan bahwa saya ini sosok yang
capable dalam soal kerakyatan," kata Lulung kepada CNN Indonesia, Selasa (29/9).
Pembuktian itu penting lantaran Lulung telah menyatakan kesiapannya untuk maju mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta --meski belum ada restu dari partainya yang kini dirundung dualisme kepemimpinan, Partai Persatuan Pembangunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lulung mengamini sejak kasus UPS itu mencuat dia menjadi korban
bully lantaran sempat salah ucap melafalkan UPS menjadi USB. Namun dengan adanya penetapan dua orang tersangka dari pihak kepolisian, Lulung merasa namanya telah terhindar dari tudingan.
"Walaupun di-
bully dan nama saya diseret-seret, toh saya merasa enggak ngapa-ngapin. Allah itu Maha Benar. Yang benar itu pasti benar," kata Lulung. (Baca:
Lulung: Kinerja Ahok Gagal, Saya Siap Gantikan)
Lulung pun bersyukur pihak kepolisian tidak terpengaruh dengan opini publik yang menurutnya saat itu sangat memojokkan dirinya. Lulung menilai pihak kepolisian telah bersikap rasional meski dirongrong opini-opini yang dia anggap menyesatkan.
Lulung berjanji jika kelak menjadi Gubernur DKI Jakarta, janji utama yang dia pegang adalah bersih dari korupsi. Dia mengaku sudah mewanti-wanti diri untuk tidak terjebak dalam tindakan koruptif. (Baca:
Lulung: Saya Janjikan Tak Ada Korupsi kalau Jadi Gubernur)
"Moto saya nanti: Tegas Memimpin Jakarta, Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme," kata Lulung.
(obs)