Tolak Tambang, Rektor Unej Dukung dengan Siapkan Tim Advokasi

Syaiful Kusmandani | CNN Indonesia
Jumat, 02 Okt 2015 15:49 WIB
Aksi penolakan terhadap eksploitasi tambang menyusul tewasnya aktivis anti tambang di Lumajang, Jawa Timur, terus berlangsung di sejumlah daerah.
Sejumlah aktivis melakukan teaterikal saat menggelar aksi solidaritas untuk Salim Kancil dan Tosan di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis 1 Oktober 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jember, CNN Indonesia -- Aksi penolakan terhadap eksploitasi tambang menyusul tewasnya aktivis anti tambang di Lumajang, Jawa Timur, terus berlangsung di sejumlah daerah. Di Jember, Jatim, Jumat (2/9) puluhan aktivis lingkungan berunjuk rasa menuntut pemerintah membatalkan Keputusan Menteri ESDM tentang Penetapan Wilayah Pertambangan Pulau Jawa dan Bali.

Para aktivis juga sempat menjemput Rektor Universitas Jember Mohammad Hasan untuk ikut bersama-sama berunjuk rasa. Dalam aksi tolak tambang yang digelar di kawasan Kampus Universitas Jember itu, sang rektor menyatakan dukungannya terhadap aksi tersebut.

Sebagai bentuk dukungan nyata, Hasan menyatakan bahwa universitasnya sudah menyiapkan bantuan advokasi terhadap warga anti tambang. Pihaknya sangat menyesalkan peristiwa pembunuhan terhadap petani Lumajang penolak tambang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Apa yang terjadi seharusnya tidak sampai terjadi seperti itu, oleh karena itu kami akan dukung pihak terkait agar proses hukum berjalan dengan baik dan terselesaikan. kami dengan teman teman di sini akan membantu advokasi terkait kasus di Lumajang,” tutur Hasan.

Setelah mendapat pernyataan sikap dari rektor, para demonstran tak hentinya berorasi sambil membawa spanduk dan poster. Mereka mengecam eksploitasi penambangan baik secara legal maupun ilegal karena dapat merusak lingkungan.

Usai berunjuk rasa di kawasan kampus, mereka kemudian melanjutkan aksinya hingga ke Bundaran DPRD Jember. Di tempat ini mereka menyampaikan pada masyakarat luas bahwa pertambangan tidak menguntungkan bagi warga setempat kawasan tambang.

Dalam orasinya mereka juga menyatakan bahwa proyek pertambangan sering kali mengabaikan aspek humanitas termasuk di antaranya kekerasan fisik yang menimbulkan korban jiwa seperti yang dialami Salim Kancil di Lumajang.

(obs/obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER