Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa belum semua pesawat sewaan yang dipesan pemerintah Indonesia akan benar-benar datang untuk membantu memadamkan api yang melanda enam daerah di Sumatera dan Kalimantan. Menurut Luhut, jumlah yang sudah pasti datang baru berkisar sembilan pesawat saja.
"Sampai sekarang yang baru bisa terjawab ada sembilan, sementara kami meminta 15," kata Luhut saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jumat (23/10).
Luhut menjelaskan bahwa belum pastinya pesawat lain tiba di Indonesia lantaran negara-negara yang menyewakan pesawat pun mengalami bencana kebakaran hutan/lahan. Negara-negara yang Luhut maksud adalah Australia dan Amerika Serikat, itu menjadikan mereka juga membutuhkan pesawat untuk memadamkannya.
Pesawat yang akan lebih dekat, kata Luhut, adalah
air tractor yang kemungkinan tiba di Indonesia pekan depan. Sementara pesawat-pesawat yang masih dinanti kedatangannya adalah tipe BE200 yang berasal dari Rusia, serta pesawat Pelican.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harap dalam 10 hari (bisa tiba), atau lebih cepat lebih baik, yang BE200 dari Rusia yang bisa beroperasi dari pagi hingga pukul 18.00 WIB setiap hari," ujarnya.
"Kita juga sedang
approach kepada Amerika Serikat, Kanada, juga Prancis untuk menyewa BE200, Pelican, dan air tractor. Kanada itu pesawat Bombardier."
Luhut menambahkan kekuatan militer serta kepolisian akan diterjunkan sebanyak-banyaknya untuk segera menyelesaikan permasalahan kebakaran hutan/lahan di Indonesia yang sudah terjadi lebih dari enam bulan. Ini semua, kata Luhut, dilakukan demi kepentingan masyarakat Indonesia.
“Ini perintah presiden karena kami tidak mau main-main, jadi saya melakukan perencanaan dengan dasar operasi militer untuk kemanusiaan," kata Luhut.
Sebelumnya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei mengatakan pesawat bantuan dari Malaysia dan Australia untuk memadamkan kebakaran hutan sudah ditarik dari Indonesia. Bantuan Malaysia dan Australia itu hanya untuk sekitar lima sampai enam hari.
“Pesawat milik Australia harus kembali ke negaranya karena di sana juga terjadi kebakaran, sementara pesawat Malaysia juga telah kembali setelah berada di Indonesia enam hari,” kata Willem. Praktis hanya pesawat Australia yang masih bertahan.
Selain pesawat-pesawat Singapura tersebut, ada sekitar 19 pesawat yang statusnya ialah pinjaman dari negara-negara lain, mulai dari Rusia, Australia, hingga Amerika Serikat. Tipe-tipe pesawat itu adalah Sikorsky, Kamov, dan Mi-17.
(bag)