Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan anak terpidana teroris Imam Samudra tewas karena bergabung dengan kelompok teroris di Suriah.
Di Jakarta, Senin (26/10), Badrodin mengatakan dirinya dapat memastikan bahwa orang yang selama ini diduga sebagai Umar Jundulhaq itu berdasarkan informasi langsung dari negara tersebut.
Sejauh ini, kata dia, ada sekitar 350 orang warga Indonesia yang dipastikan berada di Suriah. Walau demikian, ratusan orang itu belum dapat dipastikan keterlibatannya dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Tapi yang ilegal belum terdata dengan baik. Misalnya bilang 1.000 orang, mana datanya," kata Badrodin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polri, kata Badrodin, bertanggungjawab atas pemantauan warga Indonesia yang terlibat aksi terorisme di negara lain. Selain itu, perkerjaan itu bisa turut dibantu pemerintah daerah di mana orang-orang yang dicurigai itu tinggal.
Kabar tewasnya Umar pertama kali diberitakan oleh kantor berita Voice of America (VOA). Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones kepada VOA memastikan bahwa Umar tewas dalam sebuah pertempuran di Kota Deir ez-Zur, Suriah, pada 14 Oktober lalu.
Umar adalah satu dari 50 warga negara Indonesia yang tewas dalam pertempuan di Suriah sejak Maret lalu, baik dengan pasukan Kurdi maupun dengan pasukan Presiden Suriah Bashar Al Assad.
Selain itu ada juga yang tewas akibat pemboman udara yang dilakukan pasukan koalisi meski jumlahnya tidak banyak. Ada pula lima orang yang tewas karena menjadi pembom bunuh diri.
Saat ini masih ada sekitar 300 warga negara Indonesia yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS tetapi 40 persen di antaranya perempuan dan anak-anak. Mereka ikut dengan suami mereka.
Imam Samudra adalah terpidana mati dalam kasus bom Bali 2002 silam. Dia dieksekusi di Nusakambangan enam tahun setelahnya. Selain terlibat dalam peristiwa berdarah itu, Imam juga disebut pernah ikut berperang di Afghanistan pada era 1990.
(utd)