Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Jakarta Yorrys Raweyai menemui Wakil Ketua Umum Partai Golkar hasi Munas Bali Setya Novanto.
Yorrys mengatakan dirinya menyampaikan rencana Silaturahmi Nasional (Silatnas) pada 1 November mendatang.
"Jadi semangatnya
win-win solution, kemudian Munas. Karena itu, saya merancang Silatnas tanggal 1," ujar Yorrys di Gedung Nusantara III DPR RI, Jakarta, Rabu (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Yorrys mengaku membahas amar putusan kasasi Mahkamah Agung bersama Setya Novanto. Menurutnya, kedua belah pihak harus memahami amar putusan. Sebab, tafsiran putusan MA kini menjadi polemik.
Yorrys menilai, putusan kasasi MA memiliki semangat rekonsiliasi bagi dua pihak yang berseteru.
Diketahui, MA memutuskan untuk kembali ke putusan Pengadilan Tata Usaha Negara, membatalkan surat keputusan Kementerian Hukum dan HAM atas kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta, yang dipimpin Agung Laksono.
"Putusan tidak menyebut Bali, Ancol atau Riau. Isinya mencabut SK Menkumham kemudian meminta membuat SK baru," katanya.
Karenanya, Yorrys berpendapat Silatnas perlu dilakukan terutama untuk memberikan 'wadah hukum; bagi 238 calon kepala daerah yang didukung partai berlambang pohon beringin ini.
Rekonsiliasi Dua Sekretaris JenderalDalam pertemuannya di kawasan Senayan, Sekretaris Jenderal Partai Golkar hasil Munas Jakarta dan Bali, Zainuddin Amali dan Idrus Marham, tercetus harapan yang menginginkan pihak Agung Laksono dan Aburizal Bakrie berkomitmen untuk tidak kembali berselisih dan menyebabkan lahirnya partai baru.
Selain itu, dia berharap pihak Agung Laksono tak memperpanjang jalur hukum, yakni mengajukan Peninjauan Kembali (PK) atas putusan Mahkamah Agung.
"Kaitannya pertemuan hari ini, jelas mengajak kepada seluruh keluarga besar Partai Golkar agar bersatu utuh sehingga Golkar tetap menjadi partai utama di republik ini," ujar Idrus.
Senada, Zainudin Amali berpendapat pertemuannya dengan Idrus memiliki andil besar dalam mempersatukan Partai Golkar.
Menurutnya, perselisihan tidak akan berakhir apabila hanya terfokus pada penafsiran putusan Mahkamah Agung. Karenanya, Amali menilai dualisme partai orde baru ini dapat ditempuh melalui penyelesaian politik.
"Akan berdebat di penafsiran (putusan MA) masing-masing. Makanya kami mendorong penyelesaian politik melalui duduknya dua pemimpin, Pak ARB dan Pak Agung," kata Amali.
Menurutnya, kedua pimpinan dapat membicarakan hal-hal prinsip dan juga mencari tahu dasar perselisihan yang terjadi hampir setahun terakhir. Amali mengingatkan semuanya saat ini berada dalam satu "rumah". Namun, dia enggan untuk menjelaskan apa yang menjadi keinginannya secara rinci.
"Saya tidak bisa mewakili keinginan itu. Tunggu lah kedua pemimpin bertemu, kemudian dielaborasi pertemuan itu," tuturnya.
Dalam pertemuan itu hadir pula Bambang Soesatyo, Ade Komarudin, Titik Soeharto, Roem Kono, Meutya Hafidz, Dave Laksono, Bowo Sidik Pangarso.