Pemilih Ahok Dinilai Masih Solid

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Kamis, 12 Nov 2015 07:07 WIB
Lembaga survei dan penelitian Cyrus Network menilai pendukung Ahok memasuki kategori strong voters. Jumlahnya sekitar 40 persen pemilih DKI Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dukungan warga DKI Jakarta terhadap Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk maju kembali pada Pilkada 2017 dinilai solid. Lembaga survei dan penelitian Cyrus Network menilai pendukung Ahok memasuki kategori strong voters. Jumlahnya sekitar 40 persen pemilih DKI Jakarta.

Managing Director Cyrus Network Eko David Afianto mengatakan, mereka masuk dalam kategori yang konsisten mulai dari pilihan dalam pertanyaan terbuka (top of mind), pilihan ketika simulasi, sampai kesediaan untuk mengumpulkan kartu tanda penduduk jika Ahok maju dalam Pilkada melalui jalur independen.

Cyrus melakukan survei yang melibatkab seribu responden yang tersebar di wilayah Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu, pada 27 Oktober hingga 1 November 2015. Pada survei sebelumnya, angka top of mind ahok hanya 26 persen. Saat ini lebih tinggi 14 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Angka ini tidak berubah banyak ketika disodori beberapa simulasi elektabilitas dengan banyak nama," katanya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (11/11).

Sementara Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tidak mengalami peningkatan yang drastis seperti survei sebelumnya.

Jika dalam survei April lalu selisih head to head antara Ahok dan Ridwan hanya 5 persen, maka dalam survei kali ini selisih elektabilitas mereka melebar menjadi 12 persen.

Sementara selisih head to head antara Ahok dengan Risma sebelumnya hanya 7 persen, maka dalam survei kali ini jarak mereka melebar menjadi 16 persen.

"Kemungkinan besar pemilih potensial Ridwan Kamil dan Tri Rismaharini sekarang mulai beralih ke Adhyaksa Dault yang telah lebih dulu menyatakan kesiapannya untuk maju di (Pilkada) Jakarta," ujar Eko.

Pemilih terbesar DKI, menurut Eko adalah kalangan muda, rata-rata berusia 36-45 tahun sebanyak 28,6 persen. Mereka juga kebanyakan terhubung dengan media sosial, yaitu sebesar 46,1 persen.

"Hampir separuh pemilih DKI melek media sosial. Ini media yang bagus untuk soaialisasi," kata Eko.

Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsudin Haris mengatakan, Ridwan Kamil sangat berpotensi mengimbagi Ahok.

Jika dibandingkan Risma, Ridwan dianggap lebih populer di kalangan anak muda, terutama karena pemanfaatan media sosial. "Meskipun prestasi Ridwan Kamil biasa saja bagi saya," kata Syamsudin.

Sementara menurutnya, kehadiran Adhyaksa dalam konstelasi ini memang melejit dengan cepat, namun mantan Menpora itu tetap dianggap sulit menyaingi Ahok.

"Tokoh potensial pesaing Ahok bukan Adhyaksa Dault, tapi Ridwan Kamil dan Risma," katanya.

Dalam survei ini, kata Eko, alasan warga memilih Ahok karena sikapnya yang tegas dan berani dalam memimpin Jakarta. "Alasan merakyat masanya sudah lewat," katanya.

Sedangkan Syamsudin berpendapat, pemimpin yang diharapkan publik saat ini adalah tipe pemimpin post modernisme. Menurutnya, warga membutuhkan pemimpin yang bukan minta dilayani tapi melayani.

"Bukan lagi (pemimpin) yang suka dengan basa basi, pidato, itu sudah lewat," ujarnya.

Syamsudin mengomentari pemilih Adhyaksa sebagai kelompok anti Ahok dan suka dengan sentimen berbau agama maupun kultural. "Loyalis Adhyaksa, para pemilih tradisional," sebutnya.

Mayoritas warga Jakarta tidak terpengaruh sentimen suku, agama, ras, maupun antargolongan. Eko mengatakan, dari hasil survei diketahui bahwa pemilih DKI Jakarta hampir 65 persen berpendidikan tamat SMA ke atas. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER