Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Komisi Pertahanan DPR RI Mahfudz Siddiq mengaku tidak melakukan komunikasi dengan Ketua DPR Setya Novanto sebelumnya terkait pembelian pesawat amfibi buatan Jepang.
Dia mengatakan, Setya tidak menanyakan masukan seputar rencana pembelian atau kerja sama industri alutsista kepada Komisi Pertahanan DPR.
"Mereka (pimpinan DPR) bisa meminta masukan, tapi pembelian ini tidak," ujar Mahfudz di Gedung Nusantara I DPR RI, kemarin (17/11).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini meyakini informasi yang diterima Setya saat itu, berasal dari duta besar Indonesia di Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, duta besar Indonesia memang harus memberikan informasi secara penuh kepada pimpinan dewan saat berkunjung ke suatu negara.
"Saya yakin isu alutsista memang berdasarkan informasi ketika bicara dengan dubes. Kan harus memberikan informasi keseluruhan," tuturnya.
Tanggal 12 November lalu, Mengutip pernyataan Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, The Japan Times menulis, Setya mengapresiasi kontribusi aktif dan kerja sama efektif Jepang menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik, termasuk Laut China Selatan.
Sehingga, Indonesia mempertimbangkan pembelian US-2 sebagai sinyal kerja sama pertahanan kedua negara.
US-2 merupakan pesawat amfibi buatan pabrik ShinMaywa. Saat ini, PT Dirgantara Indonesia bersama ShinMaywa sedang menjajaki proses kerja sama produksi alutsista.
Pada artikel tersebut tertulis, wacana pembelian pesawat buatan pabrikan ShinMaywa itu merupakan jawaban Indonesia atas kebijakan China di Laut China Selatan.
Sementara pembelian pesawat multifungsi seperti US-2, tidak masuk dalam perencanaan dan anggaran tahun 2016.
(pit)