Jakarta, CNN Indonesia -- Operasi Gabungan Polri dan TNI di Poso, Sulawesi tengah dengan sandi Camar Maleo IV berhasil mendeteksi keberadaan jaringan teroris yang dipimpin Santoso Abu Warda. Bahkan, operasi ini memiliki misi tanpa kecuali untuk menangkap pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur itu.
"Posisi (Santoso) sudah terdeteksi, tapi belum bisa dilakukan penindakan," kata Kepala Kepolisian Republik Indonesia Badrodin Haiti di Istana Negara, Jumat (20/11).
Menurutnya, pihak TNI dan Polri memiliki waktu hingga 9 Januari 2016 yang menjadi waktu terakhir operasi Camar Maleo IV. Hingga kini pihaknya terus melakukan pasokan personil dan juga pengintaian dari unsur TNI-Polri.
"Harus tertangkap. Operasi ini sampai 9 Januari, masih ada waktu untuk melakukan pengejaran. Kami floating anggota dari unsur TNI-Polri sehingga pengejaran dilakukan lebih efektif," ujar Badrodin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai persiapan, Kapolri telah melaporkan evaluasi Operasi Camar Maleo III dan rencana kepolisian kepada Menko Polhukam, Luhut Binsar Pandjaitan.
Badrodin menuturkan, evaluasi tersebut dilakukan bersama Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Ada beberapa hal yang harus kami tajamkan, seperti data intelijen dan langkah taktis yang memang harus dilakukan dalam upaya memperlemah dan mengejar kelompok Santoso," ujarnya.
Badrodin berkata, tiga operasi Camar Maleo sebelumnya gagal karena periode operasi yang singkat dan kekurangan jumlah personel. Ia berencana menambah pasukan pada Operasi Camar Maleo IV yang rencananya akan berlangsung hingga akhir Januari.
Oktober lalu, Polri mengerahkan sekitar 1.000 personel gabungan dari Korps Brigade Mobil dan Detasemen Khusus 88 Antiteror. Kepolisian juga dibantu pasukan elit TNI, Komando Pasukan Khusus.
Namun ketika itu, kepolisian belum berhasil menangkap Santoso yang disebut Badrodin bersembunyi di gunung dan hutan.
Operasi serupa juga kepolisian lakukan pada Camar Maleo I dan II. Operasi ini berpusat di dua kabupaten di Sulawesi Tengah, yakni Poso dan Parigi Moutong.
Maret lalu, pentolan kelompok Santoso, Daeng Koro, tewas di tangan kepolisian. Mabes Polri menyebut Daeng sebagai pelatih dan ketua pelaksana beberapa latihan militer yang digelar di Tuturuga, Kabupaten Morowali dan Gunung Tamanjeka, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah; serta Mambi, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
(pit)