Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengaku mendapatkan informasi dan data yang sama dengan yang pernah diungkapkan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian soal adanya 46 warga negara Indonesia (WNI) yang diduga berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun begitu, BNPT menegaskan data yang didapat terkait 46 WNI baru bersifat indikasi dan belum benar-benar mengarah akan bergabung dengan kelompok radikal tersebut. "Iya kemungkinan besar baru indikasi," kata Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan saat dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (21/11). Meski indikasi mereka bergabung dengan ISIS sudah tampak, BNPT belum mau mengambil tindakan lebih lanjut. Sebab peraturan yang ada tidak memungkinkan pemerintah melakukan pencekalan jika baru sebatas indikasi. "Kami melakukan pencekalan berdasarkan Undang-Undang yang ada, dan untuk melakukan itu (pencekalan orang yang terindikasi) tidak ada UU-nya," ujar Arief.
Menurut Arief, orang yang bisa dicekal adalah orang yang sudah benar-benar terbukti memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok radikal, atau sudah memiliki niat untuk bergabung secara perorangan dengan kelompok-kelompok tersebut.
"Jika ada bukti pernah atau masuk dalam DPO (daftar pencarian orang) pasti ditangkap. Jadi belum bisa dicekal jika masih indikasi," ujarnya.
Sementara untuk domisili dari orang-orang yang diduga berafiliasi ISIS tersebut, Arief mengaku data yang dimiliki BNPT belum sepenuhnya valid. Dia beralasan identitas seseorang di Indonesia bisa saja tidak sama dengan yang tertera di tanda pengenal. Namun untuk saat ini diduga 46 orang tersebut berasal dari Jawa Barat, Sulawesi, serta daerah-daerah lain di belahan timur Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan, ada 384 WNI yang berafiliasi dengan ISIS. Dari jumlah itu, kata Tito, ada 46 orang yang sudah kembali di Indonesia.
Selain keberadaan WNI yang terafiliasi ISIS ini, mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror ini juga mengatakan ada sel-sel ISIS di Jakarta.
"Tapi mereka tak punya kemampuan dan kapabilitas dalam merealisasikan teror di Indonesia," katanya.
Karena itu Tito menjamin ibu kota saat ini masih aman dari ancaman teror.
"Kami belum dapat informasi kemungkinan rencana serangan belum ada. Jadi, sementara ini saya kira kita masih aman," kata Tito.
(pit)