Ada 167 WNI Dideportasi Saat Menuju Suriah

Rosmiyati Dewi Kandi | CNN Indonesia
Rabu, 25 Nov 2015 13:40 WIB
Belum ada data detail mengenai tujuan WNI bertolak ke Suriah. Namun, kebanyakan mereka meninggalkan Indonesia dengan alasan “mencari penghidupan”.
Iring-iringan pasukan gabungan TNI seusai melumpuhkan teroris di Hotel Borobudur dalam rangka latihan penangulangan teror (Gultor), Jakarta, Selasa, 9 Juni 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut, sebanyak 167 warga negara Indonesia (WNI) telah dideportasi dari Turki saat akan menuju ke Suriah. Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Inspektur Jenderal Arief Dharmawan mengatakan, WNI tersebut tak diizinkan masuk ke Suriah lewat Turki sehingga dipulangkan ke Indonesia.

“Data resmi dari Kementerian Luar Negeri, sampai saat ini ada sekitar 167 orang yang dideportasi. Sementara kalau yang pulang diam-diam dan tidak dideportasi, datanya memang simpang siur,” ujar Arief kepada CNN Indonesia, Selasa (24/11).

Arief menyatakan, belum ada data detail mengenai tujuan WNI tersebut bertolak ke Suriah. Namun dari informasi umum yang diperoleh, kebanyakan mereka meninggalkan Indonesia dengan alasan “mencari penghidupan” di negara yang tengah bergejolak tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Begitu masuk di bandara di Turki, ditanyakan untuk apa ke sana, dan apakah ada izin. Ketika enggak ada izin dan tidak jelas, dikembalikan ke negara asal,” tutur Arief.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letnan Jenderal (Purn) TNI Sutiyoso sebelumnya mengatakan, ada 100 WNI yang baru kembali dari Suriah. BIN meminta publik waspada terhadap gerak-gerik mencurigakan. Masyarakat juga diminta melapor jika terjadi keanehan.

Mewaspadai The Lone Wolf

Arief Dharmawan menyatakan, saat ini BNPT memang masih mewaspadai gerakan the lone wolf, istilah yang disematkan kepada aksi teror yang dilakukan seorang diri dan tak terorganisir. Kewaspadaan ini semakin ditingkatkan setelah terjadi serangan mematikan di Paris, Perancis, 13 November lalu.

“Kalau gerakan terorisme dulu itu terpusat, terorganisir, memiliki persiapan jelas dengan target yang jelas, sekarang berubah. Sekarang dipecah-pecah, dengan sistem sel,” ujar Arief.

Terkait rekaman suara yang mengaku sebagai teroris Santoso, BNPT belum bisa memastikan apakah suara itu benar dari dia yang selama ini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Pelacakan akun Facebook yang menyebar rekaman tersebut juga masih dilakukan,” katanya.

“Masih dilakukan tetapi belum ada progres,” tutur Arief. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER