Jakarta, CNN Indonesia -- Ada lima faktor yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 pada akhir Desember 2014. Kelima faktor itu merupakan kesimpulan atas hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Faktor pertama, kata Ketua Subkomite Kecelakaan Udara Kapten Nurcahyo Utomo, adalah retakan solder yang terdapat pada
electronic module di
Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) yang terpasang di bagian ekor pesawat. RTLU berfungsi untuk mengatur ketinggian pesawat.
Kerusakan solder itu lantas menyebabkan kerusakan pada RTLU yang terjadi berkelanjutan dan terus berulang. (Simak Fokus:
INVESTIGASI AIRASIA QZ8501 DIUMUMKAN)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor kedua adalah sistem perawatan pesawat dan analisa di perusahaan yang belum optimal, mengakibatkan masalah di RTLU yang berulang tidak diselesaikan," kata Nurcahyo di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (1/12).
Kerusakan di RTLU terjadi sebanyak empat kali selama penerbangan, dan pilot sempat mengatasi tiga kerusakan pertama sesuai aturan yang ada. Mereka melaksanakan prosedur sesuai
Electronic Centralized Aircraft Monitoring.
Namun saat terjadi kerusakan keempat, data kotak hitam memperlihatkan adanya aktivitas berbeda yang dilakukan di dalam kokpit. Hal ini menjadi faktor ketiga penyebab kecelakaan pesawat.
"Pada kerusakan keempat,
Flight Data Recorder mencatat indikasi yang serupa dengan kondisi di mana
circuit breaker diatur ulang dan berakibat terjadinya pemutusan arus listrik pada
Flight Augmentation Computer," kata Nurcahyo.
Namun Nurcahyo enggan berspekulasi apa yang menyebabkan pengaturan ulang
circuit breaker (CB) tersebut. Indikasi yang paling memungkinkan adalah salah satu dari pilot atau kopilot mencabut CB yang ada di dekat kursi kemudi mereka.
Penyebab kecelakaan keempat adalah putusnya arus listrik itu membuat sistem
autopilot berhenti berfungsi, dan akhirnya f
light control logic di pesawat berubah.
"Berubah dari
normal law (
autopilot) menjadi
alternate law (
manual),
rudder bergerak sebanyak dua derajat ke kiri dan berakibat pesawat berguling mencapai sudut 54 derajat," ujar Nurcahyo.
Penyebab kecelakaan terakhir adalah kondisi pesawat yang dikendalikan secara manual mengakibatkan pesawat masuk dalam
upset condition, yakni kondisi di mana pilot dan kopilot tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Kondisi tersebut diikuti dengan
stall di mana pesawat kehilangan daya angkat.
Stall terjadi berkepanjangan sebelum akhirnya pesawat naik hingga ketinggian 38 ribu kaki, dan akhirnya terempas ke laut dari ketinggian itu.
Pesawat AirAsia QZ8501 jenis Airbus A320 hilang kontak di sekitar Selat Karimata pada 28 Desember 2014. Puing-puing pesawat yang membawa 155 penumpang dan tujuh orang kru itu ditemukan dua hari kemudian tersebar di Laut Jawa.
(agk)