Jakarta, CNN Indonesia -- Tak semua penyebab kecelakaan AirAsia QZ8501 terungkap. Salah satu hal yang tak bisa diungkap Komite Nasional Keselamatan Transportasi dalam investigasinya ialah putusnya arus listrik akibat pengaturan ulang
circuit breaker. Aktivitas itu tercatat dalam kotak hitam, yakni
Flight Data Recorder (FDR).
Indikasi yang paling memungkinkan, kata Ketua Subkomite Kecelakaan Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo, ialah pilot atau kopilot mencabut
circuit breaker yang ada di dekat kursi kemudi mereka. Namun hal ini tak bisa dipastikan dan KNKT tak mau berspekulasi.
Menurut Nurcahyo, pengaturan ulang
circuit breaker yang diduga akibat pencabutan terhadap salah satu
circuit breaker di
Flight Augmentation Computer (FAC) itu, merupakan salah satu penyebab QZ8501 jatuh ke Laut Jawa.
Pengaturan ulang
circuit breaker bermula pada rusaknya
rudder travel limiter unit (RTLU) yang berfungsi untuk mengatur ketinggian pesawat. RTLU, berdasarkan rekaman FDR, rusak empat kali selama penerbangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada peringatan kerusakan pertama, pilot dan kopilot mengatasinya sesuai aturan yang tertera pada
Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM).
Selanjutnya pada kerusakan kedua yang terjadi sekitar delapan menit setelah kerusakan pertama, tanda di kokpit kembali berbunyi dan membuat pilot serta kopilot kembali menanganinya berdasarkan ECAM.
Pun begitu dengan kerusakan ketiga yang terjadi enam menit setelah kerusakan kedua. Pilot dan kopilot kembali mengacu pada aturan yang ada di ECAM untuk mengatasinya. (Simak Fokus:
INVESTIGASI AIRASIA QZ8501 DIUMUMKAN)
Namun saat tanda kerusakan keempat berbunyi, ada hal berbeda yang dilakukan pilot atau kopilot. Data FDR memperlihatkan adanya aktivitas di kokpit yang seakan-akan menandakan sistem di dalamnya diatur ulang (
reset).
Pengaturan ulang itu menyebabkan arus listrik yang mengalir pada FAC sempat terputus meski kemudian kembali tersambung.
Tak disangka, aktivitas tersebut menjadi awal rusaknya seluruh sistem yang ada di pesawat tersebut. Dimulai dari
autopilot dan
autothrust yang tidak berfungsi, hingga kerusakan RTLU yang makin parah.
Rusaknya
autopilot membuat pilot dan kopilot harus mengendalikan pesawat secara manual. Di saat itulah pesawat mulai miring. Ketinggiannya mendadak naik, hingga akhirnya terjun bebas ke Laut Jawa yang memiliki kedalaman 40 meter.
Hingga investigasi rampung, KNKT tak bisa memastikan apa penyebab lepasnya
circuit breaker yang menjadi salah satu ‘dalang’ kecelakaan AirAsia QZ8501.
"Sayangnya kami tak memiliki kamera di kokpit untuk memastikan siapa atau apa penyebab
circuit breaker itu bisa tercabut," kata Nurcahyo.
KNKT, ujar Nurcahyo, tak memiliki bukti apakah benar bahwa salah satu dari pilot dan kopilot mencabut
circuit breaker yang terletak di sekitar kursi kemudi.
"Kami kurang bukti, tapi kondisinya mirip dengan itu (pencabutan)," kata dia.
Ada empat
circuit breaker yang terletak di kokpit pesawat, dan keempatnya berada di dua
Flight Augmentation Computer yang terpisah. FAC pertama terletak di atas kursi pilot, sedangkan FAC kedua ada di belakang kursi kopilot.
Jika pilot cukup tinggi, kata Nurcahyo, dia bisa dengan mudah mencabut
circuit breaker tersebut. Sementara untuk mencabut
circuit breaker di belakang kursi kopilot harus dilakukan dengan upaya lebih keras.
Perihal pencabutan
circuit breaker tersebut, KNKT menegaskan tak bisa memberikan penjelasan memadai. KNKT juga tak mau menyebut kecelakaan QZ8501 disebabkan oleh kesalahan manusia.
AirAsia QZ8501 jenis Airbus A320 hilang kontak di sekitar Selat Karimata pada 28 Desember 2014. Puing-puing pesawat yang membawa 155 penumpang dan tujuh kru itu ditemukan dua hari kemudian di Laut Jawa.
(agk)