Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi terhadap kecelakaan AirAsia QZ8501 menunjukkan pesawat tersebut mengalami 23 gangguan selama 12 bulan terakhir sebelum akhirnya jatuh ke laut pada 28 Desember 2014.
“Investigasi terhadap catatan perawatan pesawat dalam 12 bulan terakhir menemukan adanya 23 gangguan terkait sistem
rudder travel limiter unit pada tahun 2014. Selang waktu antarkejadian jadi lebih pendek dalam tiga tahun terakhir,” kata Ketua Subkomite Kecelakaan Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo.
Rudder travel limiter unit (RTLU) berfungsi untuk mengatur ketinggian pesawat. Selama penerbangan nahas 28 Desember itu pun, berdasarkan rekaman kotak hitam, RTLU kembali rusak sebanyak empat kali. Kerusakan terakhir ditangani berbeda dan menyebabkan kerusakan pada seluruh sistem pesawat.
Dalam setahun terakhir sebelum QZ8501 celaka, sistem RTLU mengalami gangguan sebulan sekali dalam kurun waktu Januari sampai September 2014. Jadi, sembilan kali gangguan dalam sembilan bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lepas September, frekuensi gangguan meningkat. “Oktober dua kali, November lima kali, Desember sembilan kali,” kata Nurcahyo.
Dengan demikian, gangguan terbanyak terjadi pada Desember –bulan yang juga menjadi akhir QZ8501. (Simak Fokus:
INVESTIGASI AIRASIA QZ8501 DIUMUMKAN)
Jika ditambah empat kali gangguan pada sistem RTLU yang terjadi selama penerbangan nahas itu, total ada 27 gangguan pada QZ8501 dalam setahun.
Menurut KNKT, saat itu sistem perawatan pesawat belum memanfaatkan
post flight report secara optimal sehingga gangguan berulang pada RTLU tak terselesaikan secara tuntas.
Menyikapi hak itu, AirAsia telah melakukan 51 tindakan perbaikan untuk memperbaiki keadaan. AirAsia berjanji menerapkan standar keselamatan internasional tertinggi dalam penerbangan dan perawatan pesawatnya.
(agk)