Warga Papua Jadi Korban Kekerasan karena Stigma

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Selasa, 15 Des 2015 07:37 WIB
Stigma yang beredar di masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan aparat atas warga Papua.
Puluhan pengunjuk rasa dari Aliansi Mahasiswa Papua diamankan petugas kepolisian usai terlibat kericuhan ketika aksi di Kawasan Bundaran HI Jakarta, Selasa, 1 Desember 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aktivis lembaga swadaya masyarakat Aliansi Demokrasi untuk Papua (ALDP) Latifah Anum Siregar mengatakan stigma pada diri orang Papua menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum.

"Ada stigma bahwa apapun yang dilakukan orang Papua, kalau ada pertemuan, merupakan aktivitas politik dan bentuk perlawanan. Padahal mungkin sekelompok orang itu mau ibadah. Namun, karena dicurigai, sampai dicek siapa pendetanya," kata Latifah saat ditemui di kawasan Jakarta, Senin (14/12).

Latifah mengatakan saat ini situasi di Papua dalam hal pemenuhan hak asasi manusia (HAM) tidak juga membaik. Ia mengatakan kasus pelanggaran HAM berupa kekerasan oleh aparat penegak hukum masih marak terjadi.
"Berdasarkan jumlah kasus, di tahun 2015 memang lebih sedikit. Namun, berdasarkan kualitas kasus kekerasan, tidak juga membaik," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekerasan yang dilakukan oleh polisi dan TNI, kata Latifah, juga kerap berupa teror. Misalnya, ada warga salah tangkap yang dipotong rambutnya lalu disuruh memakannya. Ada pula yang disiram dengan air panas.

"Kekerasan terjadi mulai dari penangkapan sampai kemudian dilepaskan. Sering kali mereka dipaksa mengakui perbuatan yang dituduhkan," katanya.
Adapun, Latifah merupakan aktivis di bidang advokasi yang vokal memperjuangkan keadilan di Papua. Ia meraih penghargaan The Gwangju Human Rigths Award 2015 asal Korea Selatan. Penghargaan diberikan pada 18 Mei lalu.

Penghargaan ini juga pernah diberikan kepada m pejuang HAM dan presiden pertama Timor Leste Xanana Gusmau pada 2000 dan pejuang demokrasi dan kebebasan berbicara dan pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi pada 2004. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER