Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti menilai pengangkatan Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi Golkar di DPR bakal berdampak negatif. Alih-alih mendulang suara pada pilkada serentak 2017, keberadaan Setya di kursi Ketua Fraksi malah akan menyurutkan suara partai beringin.
Menurut Ray, Setya tak cocok lagi jadi pemimpin. Sudah dua kali ia disidang etik, yakni setelah bertemu Donald Trump dan atas pertemuannya dengan bos PT Freeport Indonesia.
Dalam sidang pertama ia dikenai sanksi ringan. Dalam sidang kedua belum lama ini, Mahkamah Kehormatan Dewan belum sempat menjatuhkan sanksi, namun Setya lebih dulu mundur dari jabatannya.
"Masyarakat bisa menilai sendiri," kata Ray di Jakarta, Selasa (22/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi setelah Setya tak lagi menjabat Ketua DPR, dua kubu kepengurusan Golkar kembali ribut. Kubu Aburizal Bakrie menunjuk Ade Komarudin untuk menggantikan Setya. Namun kubu Agung juga tak mau kalah yang mengajukan Agus Gumiwang sebagai orang nomor satu di DPR.
Hal ini menurut Ray menunjukkan belum ada pembicaraan dua kubu terkait pergantian Setya Novanto. Padahal dua kepengurusan Partai Golkar harusnya dapat fokus berkonsolidasi jelang Pilkada 2017.
"Mereka harusnya konsentrasi menyelesaikan persoalan mereka, yakni perembukan kepengurusan. Mengingat Pilkada 2017. Jika mereka tidak konsolidasi, tidak bisa dibayangkan bagaimana mereka di 2017," kata Ray di.
Ray yakin jumlah suara masyarakat jelang Pilkada 2017 kepada Partai Golkar akan berubah bahkan menurun drastis jika dua kubu tak juga akur.
(sur)