Pengguna Membludak, Polisi Imbau Warga Hindari Jalan Tol

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 24 Des 2015 15:04 WIB
Warga diimbau untuk menggunakan jalan arteri dan menghindari jalan tol dalam kota hingga Minggu mendatang.
Ribuan kendaraan yang mengarah cawang dan tol cikampek terjebat macet saat melintasi jalan utama dan tol dalam kota di Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (24
Jakarta, CNN Indonesia -- Menyusul macetnya ruas jalan tol dalam kota DKI Jakarta menuju arah Cikampek, Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya mengimbau masyarakat untuk menggunakan jalur arteri guna mendapatkan jalur alternatif menuju lokasi perjalanan mulai hari ini hingga hari Minggu mendatang.

Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya, Komisaris Besar (Kombes) Risyapudin mengatakan puncak kepadatan lalu lintas dari tol dalam kota ke arah tol Cikampek diprediksi akan terjadi malam ini.

Untuk mencegah penumpukan kendaraan di jalan tol, ia mengimbau pengendara yang akan menuju Cikampek untuk tidak menggunakan jalan tol terlebih dahulu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Apalagi penumpukan kendaraan ini sudah terlihat sejak malam tadi. Kalau masyarakat masuk lagi ke dalam tol, nanti antrian tidak akan selesai-selesai, sehingga kami harap pengendara melewati jalan arteri saja. Kalau lewat jalan tol lalu macet, maka mereka tidak akan dapat jalur alternatif,” jelas Risyapudin kepada CNN Indonesia, Kamis (24/12).
Menurut pantauan Polda Metro Jaya, saat ini antrian kendaraan menuju Cikampek di tol dalam kota sudah sampai depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Senayan. Padahal tadi pagi kondisinya tidak demikian. Kalau pengendara memaksakan masuk ke jalan tol dalam kota, ujarnya, maka hal itu justru akan merugikan.

“Kalau mengantri, kasihan mesin mobil akan cepat panas dan akhirnya mogok di tengah jalan. Tadi saja kami menemukan adanya truk mogok di Cikarang Utama dan untuk mengeluarkan truk dari badan jalan itu butuh waktu yang sangat lama,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kemacetan, Polda Metro Jaya juga bekerjasama dengan PT Jasa Marga Tbk selaku operator jalan tol dalam kota untuk melakukan penutupan beberapa gerbang tol demi membatasi masuknya kendaraan ke dalam jalan tol tersebut.

Beberapa gerbang tol yang ditutup antara lain adalah gerbang tol Slipi 1, Semanggi 1, Kuningan, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur.

“Kami sudah lakukan hal tersebut sejak jam 06.00 pagi tadi, jadi nanti pembayaran tol hanya dilakukan di gerbang keluar. Kami memang berupaya untuk mencegah mobil dari Jakarta dan Bekasi masuk ke dalam tol lagi,” ujar Risyapudin.
Kemacetan yang ada di tol dalam kota membuat warga yang menggunakan ruas jalan tersebut frustasi. Indra (43) asal Tangerang mengatakan kemacetan sudah terjadi sejak ia memasuki tol Karang Tengah-Kebon Jeruk pada Rabu malam (23/12). Di sana, kendaraan berjalan 20 km per jam.

"Waktu masuk Gerbang Tol Karang Tengah sudah macet parah. Karena penuh, akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk keluar lewat perumahan Bumi Serpong Damai (BSD)," kata Indra kepada CNN Indonesia, Rabu (24/12).

Dari perumahan BSD, Indra masuk kembali ke tol Lingkar Luar Jakarta, yakni di Pondok Indah. Namun, kemacetan kembali terjadi di tol Lingkar Luar Jakarta.

"Nah, jelang Pondok Indah itulah macet total terjadi. Merambat terus dan kecepatan hanya 10 km/ jam lalu berhenti lama hingga 3 menit-an," kata Indra menjelaskan.

Mulai frustasi dengan kemacetan yang ada, Indra mengatakan mobil pun keluar di pintu tol Pasar Minggu. Dari situ, ia bergerak menuju arah Pancoran. Kondisi jalan di luar tol, kata dia, justru lancar.

Namun, ketika ia masuk kembali ke tol dalam kota di Gatot Subroto, mobil pun kembali berhenti total. Indra mengatakan akibat panjangnya antrian, petugas Jasa Marga memutuskan untuk menggratiskan beberapa pintu tol agar memperpendek antrian mobil.

"Jadi, semuanya gratis mau masuk tol enggak bayar. Katanya biar enggak macet," kata Indra.

Indra mengatakan sejak masuk tol dalam kota tersebut, kendaraan bergerak hanya 5 kilometer per jam. Hal itu membuat anggota keluarganya frustasi.

Selain kondisi kemacetan yang parah, sistem buka tutup tempat pemberhentian atau rest area juga membuat para pengguna jalan putus asa. Makanan dan minuman yang dijual di tempat pemberhentian pun, ujarnya, banyak yang habis.

"Tidak bisa istirahat, tidak bisa buang air. Makanya, banyak yang berhenti di bahu jalan untuk tidur atau buang air besar,"ujarnya. (utd)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER