Penataan Sentra Stasiun, Alternatif Ruwetnya Jalur KRL

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Sabtu, 29 Agu 2015 09:03 WIB
Fisik yang prima dan mental juara diperlukan bagi mereka yang selalu bersentuhan setiap hari dengan KRL dari dan menuju Jakarta untuk bekerja.
Warga beristirahat dengan latar kemacetan lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis, 5 Februari 2015. Berdasarkan survei Magnatec Stop-Start Index, Jakarta dinobatkan sebagai kota termacet di dunia. Rata-rata terdapat 33.240 kali proses berhenti-jalan pertahun kendaraan yang terjebak macet di Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --
Pakar transportasi sekaligus Ketua Institut Studi Transportasi (INSTRAN) Darmaningtyas bercerita soal pengalamannya menaiki kereta rel listrik (KRL) di area Jabodetabek saat Juli 2015 lalu. 
Ketika bepergian ke tiga stasiun seperti Tebet, Sudirman, dan Gambir, kereta yang ditumpanginya kerap harus terhenti. 
"Rata-rata tundaan 3-10 menit, kadang lebih dari 20 menit," kata Darmaningtyas, Kamis (27/8).
Ia berpikir, kereta yang ditumpanginya harus mengantre sinyal dengan kereta lain. Titik macet berada di Stasiun Manggarai dan Gambir. 
Darmaningtyas menjelaskan, Manggarai merupakan titik transit KRL dari Bogor atau Bekasi menuju Kota dan jurusan Bogor-Tanah Abang-Jatinegara. Manggarai, yang posisinya di kawasan pusat kota Jakarta juga menjadi jalur kereta jarak jauh. 
Sementara Gambir, merupakan pusat perjalanan kereta jarak jauh di Pulau Jawa. Di satu sisi, kereta yang menuju dan dari Kota bakal melewati Gambir. 
"Akhirnya KRL Jabodetabek tidak dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di Gambir. Padahal, penumpang KRL banyak yang mau turun di Gambir," ujarnya.
Untuk mengatasi ini, pria asal Yogyakarta ini punya dua solusi.
Pertama, Manggarai dipusatkan sebagai stasiun kereta jarak dekat maupun jauh. "Bisa saja stasiun jarak sedang atau jauh di atas dan stasiun KRL Jabodetabek di bawah atau sebaliknya," katanya.
Solusi kedua, menurut Darmaningtyas, stasiun untuk dua jenis kereta itu dipisah. Darmaningtyas menyarankan lahan di Cipinang sebagai pengganti Gambir. Alasannya, untuk mempersingkat jarak tempuh kereta yang kebanyakan pergi ke arah timur Pulau Jawa. Sementara pusat stasiun KRL adalah Manggarai. "Ini lebih rasional karena perjalanan masing-masing kereta tidak terganggu," ujarnya. 


Penambahan Sarana
Lebih jauh, terkait banyaknya penumpang yang menaiki KRL saban harinya, menjadi polemik tersendiri. Pada jam kerja seperti pagi hari dan sore hari, kereta-kereta KRL penuh sesak oleh penumpang.
Di satu sisi, perusahaan pengelola KRL, PT. KAI Commuter Jabodetabek (PT KJC) menargetkan pertambahan jumlah penumpang hingga 1,2 juta saban hari pada tahun 2018. 
Menurut Darmaningtyas, target harus diikuti oleh penambahan jumlah sarana dan prasaran kereta. "Perlu penambahan sarana (kereta) dan prasarana untuk depo atau stabling kereta," ujarnya.
Sementara itu, PT KJC telah berusaha menambahkan jumlah keretanya. Pada tanggal 5 Agustus 2015 lalu, PT KJC mendatangkan 24 unit KRL dari Jepang. Merujuk rilis dalam situs krl.co.id, jumlah tersebut merupakan bagian dari pengadaan kereta sebanyak 120 buah dalam tahun ini. 
Hingga Juli 2015, PT KJC telah menyediakan 884 perjalanan KRL tiap hari. Target mereka mencapai 982 hari hingga 2015.


ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER